SERANG – Cerita anak seringkali luput. Pada masyarakat perkotaan, kesibukan keluarga, media digital, game online, dan sebagainya menjadikan dongeng atau cerita anak semakin sulit ditemui dan diperoleh anak-anak. Selain itu, cerita sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan terhadap anak-anak semakin langka ditemui.
Hal ini mengemuka pada diskusi ulasan buku kumpulan cerita pendek “Patung Kaki Kanan” (Kubah Budaya, 2014) karya Arip Senjaya di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Banten, Pakupatan, Kota Serang, Kamis (19/6/2014).
“Yang menarik dari patung cerpen Patung Kaki Kanan alurnya sederhana. Seperti cerita di majalah Bobo mengalir tanpa ada diksi yang sulit. Karena kesenangan membaca ini pada akhirnya membentuk karakter anak-anak,” kata Desma YS saat diskusi.
Desma menilai anak-anak hari ini sulit mendapatkan kenikmatan membaca cerita anak karena wahana lain telah mengisi ruang anak-anak. “Padahal dari kesenangan membaca itu imajinasi anak-anak akan lebih hidup,” paparnya.
Pembicara lain, Deri Lesmana lebih melihat cerita anak yang ditulis oleh anak-anak dan cerita anak yang ditulis orang dewasa. “Cerita anak yang ditulis oleh orang dewasa akan punya tantangan karena mau tidak mau si penulis kembali menghadirkan masa kanak-kanaknya untuk pembaca hari ini,” terangnya.
Namun demikian, lanjut Deri, cerita dalam Patung Kaki Kanan Arip Senjaya beberapa sisi berhasil mengangkat dunia anak-anak yang telah terlupakan. “Di sini cerita anak menjadi semacam romantisme akan masa yang masih sederhana dan riang versi anak-anak,” pungkasnya. (Wahyudin)