RIO DE JANEIRO – Jerman menjadi salah satu kekuatan menakutkan dalam Piala Dunia 2014 kali ini.
Tidak terkalahkan dalam enam pertandingan sejak babak fase grup dan bisa mengumpulkan 17 gol menjadi bekal berharga Die Mannschaft untuk mendapatkan gelar juara keempatnya di Brasil.
Namun, ekspektasi besar tersebut tidak akan mudah didapatkan. Pasalnya, yang menjadi lawan Philipp Lahm dkk kali ini salah satu wakil benua Amerika Latin, Argentina. Kedua negara tersebut bakal bentrok dalam laga final Piala Dunia 2014 di Estadio Jornalista Mario Filho, Maracana, Rio de Janeiro, dini hari nanti.
Sejauh ini, 17 gol menjadi bukti keganasan armada Joachim Loew dkk. Di antara empat tim empat besar Piala Dunia lainnya, jumlah tersebut menjadi yang paling besar. Bahkan, jika dirunut ke belakang, setidaknya dalam lima Piala Dunia terakhir, jumlah ini menjadi yang terbanyak.
Terdekat, catatan perolehan gol Jerman tersebut bisa dilewati Brasil saat juara Piala Dunia 2002 dengan 18 gol. Satu gol saja di laga final maka rekor itu bisa disamai. Bandingkan dengan produktivitas Spanyol yang merengkuh trofi Piala Dunia empat tahun silam dengan hanya delapan gol.
Jerman sepertinya sudah berjodoh dengan Argentina untuk bersua di laga pemungkas. Jika Jerman lebih menggila dari sisi produktivitas golnya, maka Argentina menunjukkan ancaman dari kekuatan lini pertahanannya. Tiga gol sejak babak fase grup bisa menjadi kunci Lionel Messi dkk bisa membendung serangan Der Panzer.
Pertahanan Argentina sudah punya pengalaman membendung tim dengan tingkat agresi tinggi seperti Jerman ini. Buktinya, di babak semifinal lalu, tim Tango mampu memaksa salah satu wakil benua Eropa, Belanda untuk menuntaskan pertandingan dengan adu tendangan penalti. Hasilnya, Argentina yang berpesta.
Untuk kali ini, demi trofi Piala Dunia ketiganya, Argentina di bawah komando Alejandro Sabella tetap menampilkan back four andalannya. Mulai dari duet bek tengah Martin Demichelis dan Ezequiel Garay, plus dukungan dari sisi kanan oleh Pablo Zabaleta dan di kiri ada nama Marcos Rojo.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Sky Sports, Zabaleta menyebut apa yang mereka tunjukkan dalam laga kontra Belanda bakal kembali diandalkan. Walaupun, dia mengakui , selain sama ganasnya dengan Belanda, Jerman lebih punya kekuatan dari sisi ball possession-nya.
Hanya, setidaknya mereka sudah bisa belajar bagaimana cara meredam keganasan tim-tim Eropa. “Kami selalu memikirkan bagaimana caranya untuk bermain lebih baik lagi, dan bisa menunjukkan kekuatan terhebat di laga final. Kami mencoba untuk memenangi laga tersebut,” ujar bek Manchester City tersebut.
Kekuatan dalam bertahan tersebut akan diimbangi dari kolektivitas serangan yang bakal kembali bertumpu dari aksi Messi sebagai kreator. Satu-satunya yang sedikti membuat Sabella cemas adalah dengan kondisi attacking midfielder andalannya, Angel di Maria yang baru pulih dari cedera paha.
Kritikan Messipendencia harus dijawab para penggawa Argentina untuk melengkapi pesta juaranya. Terutama bagi deretan penyerangnya. Sebab, selain Messi dengan empat golnya, hanya Gonzalo Higuain bomber Argentina yang mencatatkan namanya di papan skor. Selebihnya menjadi milik Di Maria dan Marcos Rojo.
Untuk target itu, penyerang Argentina lainnya juga ingin menunjukkan ketajamannya. Salah satunya Sergio Aguero yang masih scoreless. Dia berhasrat mengakhiri masa paceklik golnya di Maracana.
“Ingat, kami punya pemain yang mampu menciptakan banyak peluang berbahaya, tidak ada alasan untuk tidak mampu, karena kami sekarang ada di final,” cetusnya seperti yang dikutip dari Associated Press.
Satu-satunya ganjalan bagi Argentina adalah faktor kelelahan. Mereka bermain sehari lebih lambat ketimbang Jerman. Argentina pun harus bermain lebih dari 120 menit di laga terakhirnya. Bandingkan dengan Jerman yang sudah memadamkan asa tuan rumah Brasil dalam waktu normal 2 x 45 menit.
Sabella pun mengkhawatirkan faktor itu berpengaruh pada performa pemainnya. Dalam pernyataanya di AFP, Sabella menyebut anak asuhnya bakal kerja ekstra keras untuk bisa menundukkan Jerman.
“Dengan kerja keras, rendah hati, dan keseriusan kami akan lakukan apapun untuk menjadi yang terbaik di Piala Dunia ini,” koar pelatih berusia 59 tahun itu.
Penggawa Jerman sendiri menganggap kemenangan besar 7-1 atas Brasil lalu bukan sebagai suatu hal yang menguntungkan mereka. Alasannya, lawan yang mereka hadapi kali ini berbeda 180 derajat dari Brasil. Argentina punya kematangan pertahanan yang jauh lebih solid.
Bek gaek Jerman, Per Mertesacker dikutip di Mirror mengatakan bahwa timnya harus lebih baik lagi dari laga lawan Brasil. “Saat itu kami memang sudah 100 persen. Tapi, untuk Argentina, kami ingin yang lebih baik lagi. Demi sejarah kami tidak mau berpatokan dari hasil semifinal,” sebutnya.
Dengan skema memasukkan Miroslav Klose lebih awal, Jerman jelas ingin langsung menggebrak di awal laga. Itu belum termasuk potensi bahaya dari Thomas Mueller. Akan tetapi, der Trainer Jerman, Joachim Loew mengingatkan akan bahaya yang sudah disiapkan Argentina.
“Ketika kami mengalahkan Brasil, kami butuh mencetak banyak gol di babak pertama untuk meruntuhkan mental pemain Brasil. Tapi tidak untuk Argentina. Mereka lebih kuat dan lebih agresif. Itulah tantangan yang harus kami lalui jika ingin pulang dengan gelar juara,” tandasnya. (JPNN)
Perkiraan Starting Line Up
Jerman: (4-3-3): 1-Neuer (g) (Bayern); 16-Lahm ” (Bayern), 20-Boateng (Bayern), 5-Hummels (Dortmund), 4-Hoewedes (Schalke); 6-Khedira (Real), 18-Kroos (Bayern), 7-Schweinsteiger (Bayern); 13-Mueller (Bayern), 11-Klose (Lazio), 8-Oezil (Arsenal).
Pelatih: Joachim Loew
Argentina: (4-3-3): 1-Romero (g) (AS Monaco); 4-Zabaleta (M City), 15-Demichelis (M City), 2-Garay (Zenit), 16-Rojo (Sporting); 6-Biglia (Lazio), 14-Mascherano (Barcelona); 7-Di Maria (Real); 9-Higuain (Napoli), 10-Messi (Barcelona) “, 22-Lavezzi (PSG).
Pelatih: Alejandro Sabella
Stadion: Estadio Jornalista Mario Filho, Maracana, Rio de Janeiro
Wasit: Nicola Rizzoli (Italia)