SERANG – Ratusan massa menggeruduk Kantor Bupati. Mereka datang dari beberapa organisasi masyarakat yang kecewa dengan kebijakan Pemerintah. Aksi demonstrasi ini memanas, ketika massa aksi meneriaki petugas dengan umpatan dan makian.
Tidak cukup di situ, massa juga melempari petugas dengan gelas air mineral dan benda-benda lainnya. Kericuhan tidak dapat dihindari. Aksi saling dorong mewarnai aksi demonstrasi ini.
Pemandangan ini mewarnai simulasi penanggulangan aksi unjuk rasa yang mengarah kepada aksi anarkis. Simulasi penanggulangan aksi unjuk rasa itu menggambarkan bagaimana pihak kepolisian mengambil langkah-langkah sesuai dengan Perkap No 16/ 2006 tentang Pengendalian Massa maupun Perkap No 1/ 2010 tentang Penanggulangan Aksi Anarkis.
Dalam simulasi yang digelar di halaman Mapolres Serang itu digambarkan, aksi unjuk rasa berakhir ricuh, sehingga polisi harus mengamankan beberapa orang yang dicurigai sebagai provokator.
“Kegiatan ini merupakan agenda rutin Polres Serang dan jajaran yang merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan jajaran polres serang dalam rangka menghadapi situasi apa pun yang terjadi di tengah masyarakat,” ujar Kepala Bagian Operasional (Kabag Ops) Polres Serang, Kompol Yoga Priyahutama usai simulasi, Sabtu (31/10/2015).
Menurut Kabagops, kegiatan simulasi yang digelar itu melibatkan semua Satuan Fungsi Polres Serang yaitu Satuan Intelkam, Reskrim, Narkoba, Sabhara, Lalu Lintas, Provost serta Binmas. Selain fungsi diatas, jajaran polsek seluruhnya juga dilibatkan, termasuk instansi samping dari jajaran TNI berikut peralatan dan petugas dari Damkar Kota Serang.
“Kegiatan rutin kita lakukan dikarenakan Serang sebagai ibukota provinsi, juga membawahi Kota dan kabupaten yang hampir setiap hari yang dihadapi aksi unjuk rasa,” katanya.
Pihaknya menurunkan sekitar 500 personel jajaran Polres Serang. Dalam simulasi itu ditampilkan saat rombongan massa dengan menggunakan berbagai kendaraan mendatangi Kantor Bupati untuk menuntut apa yg menjadi hak-nya. Adapun berbagai upaya persuasif dilakukan para personil dalmas dalam menghadapi massa. Hanya saja, massa yang berusaha menerobos barikade menjadikan aksi unjuk rasa berujung anarkis. Bahkan beberapa provokator juga memprovokasi massa yang lain dengan cara membakar ban ditengah jalan.
Polisi dengan berbagai upaya telah berusaha menyampaikan himbauan dan juga menenangkan pendemo melalui tahapan-tahapan sesuai Perkap, namun karena situasi sudah memanas, bentrok tak dapat dihindari. Untuk mengatasinya, petugas terpaksa membubarkan massa dengan menggunakan water canon. Setelah itu, muncul personil pengurai massa (raimas) berkendaraan motor trail. Dalam simulasi itu juga diperagakan satu polisi terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena terkena lemparan batu dan beberapa pendemo diamankan. (Wahyudin)