Disadari atau tidak, kehadiran gadget berpengaruh pada kehidupan rumah tangga. Efek terlalu asyik dengan smartphone atau telepon selular pintar bisa membuat pasangan geregetan. Apalagi jika komunikasi intens antara suami dan istri sampai berkurang drastis gara-gara terlalu pro dengan gadget. Ini bisa membuat pasangan cemburu dan jengkel, bahkan mengarah pada perpecahan rumah tangga.
Ini sempat terjadi pada Dendi (58) dan Dona (54), keduanya nama samaran. Pasangan lanjut usia ini pernah tercatat dalam daftar kasus perceraian di Pengadilan Agama. Dona melayangkan gugatan cerai karena Dendi terlalu asyik dengan gadget. Dendi kala itu terbuai oleh keasyikan bermain Blackberry Messanger (BBM) serta Facebook. “Saya pernah senewen dengan Mas Dendi. Ini ketika dia punya BB, dia sering pakai BBM dan Facebookan. Saya merasa dicuekin oleh dia,” aku Dona.
Menurutnya, perubahan perhatian Dendi yang memicunya menjadi sangat kesal. Sebab sebelumnya, Dendi orang yang perhatian dan juga romantis. “Waktu Mas Dendi belum pensiun, dia itu orangnya ngocol, sering buat yang lucu-lucu, juga senang bikin kejutan. Tapi setelah pensiun, eh kerjaannya di depan hape terus. Saya sampai cemburu dengan HP itu,” jelasnya.
Ketika Dendi masih menjadi PNS, Dona mengaku tidak pernah merasa kesepian. Meskipun sering ditinggal Dendi kerja, tapi statusnya sebagai istri pejabat PNS membuatnya banyak kegiatan. “Istri-istri PNS itu kan sering bikin kegiatan. Saya jadi banyak kesibukan,” katanya.
Terlepas dari itu, Dendi pun sering mengontak Dona untuk menanyakan kabar. Itu dilakukan sang suami setiap hari. Ini membuat keharmonisan pasangan Dendi dan Dona selalu terjaga. “Banyak teman-teman yang memuji kami. Karena hubungan saya dan Mas Dendi bisa terjaga dengan baik,” akunya.
Namun kondisi itu berubah drastis setelah Dendi memasuki masa pensiun. Dona tidak lagi bergabung dengan komunitas istri-istri PNS. Selain itu, ia pun jarang bepergian untuk ikut kegiatan kantor Dendi. Dona sempat merasakan kehilangan akan masa-masa itu. “Sejujurnya, saya sempat tidak terbiasa dengan situasi pasca suami pensiun. Biasa saling kontak-kontakan dengan teman-teman komunitas, tiba-tiba tidak ada,” jelasnya.
Kondisi ini diperparah dengan Dendi yang mulai asyik dengan gadget. Lantaran tidak ada kegiatan sama sekali, Dendi jadi sering berkomunikasi dengan teman-temannya melalui smartphone. Apakah itu BBM grup, Facebook, bahkan whatsapp. Mengobrol dengan teman-teman melalui dunia maya menjadi kegiatan Dendi sehari-hari. “Setiap hari, kepala Mas Dendi tertunduk terus melihat HP. Kadang ketawa sendiri atau jadi serius. Tidak jarang lihat foto-foto perempuan lain yang ada di BBM-nya. Saya hanya menontonnya dari dekat,” aku Dona.
Dekat di mata jauh di hati, itulah yang dirasakan Dona. Bahkan mungkin lebih dari itu, sebab Dona merasa tidak pernah dilirik lagi oleh Dendi lantaran matanya selalu saja tertuju kepada HP. “Sempat saya marah-marah, tapi Mas Dendi tidak menanggapi saya serius. Saya jadi dibuat geram olehnya,” tutur Dona.
Beberapa bulan berlalu, kebiasaan Dendi semakin parah. Dona pun meradang, sebuah pertengkaran besar terjadi. Unek-unek Dona keluar dari mulutnya, Dendi tersentak bahkan merasa tersinggung. Pertengkaran besar ini berakhir dengan perang dingin. “Saya lalu mendiamkan Mas Dendi. Tapi dianya malah semakin fokus pada gadget,” aku Dona.
Kesal dengan kelakuan suami, Dona melayangkan gugatan cerai. Pasangan ini lalu menjalani proses perceraian yang lumayan rumit. “Waktu itu, urusan perceraian kami sangat panjang dan berbelit-belit,” katanya.
Di sela-sela proses perceraian, diam-diam Dona mencoba menggunakan gadget dan bergabung dengan grup komunitas teman-teman lamanya di BBM. Saat ia mencoba, ternyata Dona memahami betapa asyiknya bermain gadget. Barulah Dona mengerti akan perspektif Dendi tentang asyiknya menggunakan smartphone. Lantaran itu, dia mencabut gugatan cerainya ke Pengadilan Agama. “Saya yang minta maaf. Saya bilang ternyata main gadget memang asyik. Daripada cerai, mendingan kami sama-sama main gadget,” aku Dona. (Sigit/Radar Banten)