SERANG – Sejak 2013, kualitas udara di Kota Serang terus memburuk. Pada 2013, Kota Serang meraih juara pertama untuk penghargaan Langit Biru untuk kota sedang dan kecil. Namun, semakin bertambahnya usia, Ibukota Provinsi Banten ini justru tak bisa mempertahankan kualitas udara.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang Syafrudin mengungkapkan, semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kendaraan di Kota Serang, polusi udaranya semakin banyak. “Apalagi, saat ini ada perbaikan atau pembangunan jalan maka pengaruhnya terhadap polusi lebih besar,” ujar Syafrudin didampingi Sekretaris BLHD Kota Serang Bunyamin, Selasa (20/9).
Apalagi, tambahnya, pembangunan jalan yang selama ini dilakukan justru menebang pohon-pohon tanpa menggantinya. Akibatnya, polusi yang semakin bertambah tak dapat ditanggulangi dengan pepohonan.
Untuk itu, Syafrudin mengatakan, pihaknya akan memperbanyak penanaman pohon di Kota Serang. Sebenarnya, sejak tahun lalu Pemkot Serang juga melaksanakan program pemerintah pusat, yakni penanaman pohon sebagai sabuk hijau di median jalan mulai dari Jalan Jenderal Sudirman sampai Jalan Mayor Syafei. Hanya saja, kondisi jalan yang sempit tak cocok dibuat sabuk hijau. Untuk itu, pembuatan sabuk hijau dialihkan ke Jalan Sempu-Palima. Malah, ke depan ia akan menerapkan penghijauan di pinggir jalan dan sekolah-sekolah hingga ke pondok pesantren.
Sekretaris BLHD Kota Serang Bunyamin menambahkan, pada 2013 Kota Serang memang meraih juara pertama. Namun, pada 2014 turun ke posisi juara kedua. Tahun lalu, prestasinya semakin menurun ke peringkat kelima. “Kalau polusinya makin banyak, bisa-bisa tahun ini semakin menurun,” ujarnya.
Kata dia, pengujian udara itu akan dilakukan bulan depan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Tahun depan, pihaknya juga sudah mengusulkan Rp2 miliar untuk pembuatan kota hijau.
Kasubid Pengendalian Media Lingkungan BLHD Kota Serang Hendra menambahkan, dari 282 pohon yang ditanam sebagai sabuk hijau di median jalan sepanjang Jalan Jenderal Sudirman sampai Jalan Mayor Syafei, ada 50 sampai 60 pohon yang mati. Pohon itu mati lantaran penggaliannya tidak menggunakan jack hammer yang menembus aspal. Akibatnya, pohon mudah mati.
Tahun ini, penanaman pohon itu kembali dilakukan mulai dari depan Mapolres Serang sampai depan Lotte Mart. Penanaman pohon dengan anggaran yang minim membuat sejumlah titik tak digali menggunakan jack hammer. Akibatnya, tak sedikit pohon yang mati lagi. Tahun ini, anggaran untuk pembelian, penanaman, dan pemeliharaan sabuk hijau itu sebesar Rp112 juta.
Penanaman itu dilakukan pihak ketiga pada Juni lalu. “Sekarang masih dalam proses pemeliharaan oleh pihak ketiga. Jadi kalau mati, diganti lagi pohonnya,” terang Hendra. Saat ini, pohon yang baru ditanam pun sudah ada yang mati karena akarnya tak menembus aspal. (Rostina/Radar Banten)