NEW YORK – Sabtu (29/4) Presiden Donald Trump genap 100 hari menjadi penguasa Gedung Putih. Banyak perubahan yang terjadi. Namun, banyak juga janji yang tidak ditepati. Program 100 hari pertama yang dicanangkan taipan 70 tahun itu menjelang hari pelantikannya Januari lalu tidak berjalan mulus. Bahkan, banyak yang melenceng.
“Menyimpang 180 derajat,” kata James Jeffrey, mantan Duta Besar AS untuk Iraq dan Turki, saat diwawancarai CNN Rabu (26/4).
Meski Trump terancam tidak bisa merealisasikan janji-janji manisnya, Jeffrey menganggapnya sebagai hal positif. “Untuk beberapa isu, penyimpangan itu malah menjadi hal yang benar,” katanya. Termasuk rencana Trump untuk mengurungkan pembangunan tembok pembatas di perbatasan AS dan Meksiko. Sebab, jika presiden ke-45 itu ngotot, AS terancam shutdown.
Saat ini, Kongres AS membahas anggaran pemerintahan Trump. Poin yang paling menarik perhatian adalah pembangunan tembok permanen di perbatasan AS-Meksiko. Politisi Partai Demokrat menyarankan Trump untuk mengurungkan rencana itu. Sebab, biayanya sangat besar. Saran tersebut, tampaknya, didengarkan. Dengan demikian, pembahasan anggaran bisa rampung sesuai target. Yakni, pada Jumat (28/4).
Ancaman shutdown atau pemerintahan nonaktif karena tidak ada kesepakatan soal anggaran pun lenyap dengan sendirinya. Suami Melania Knauss tersebut juga harus mengakui kegagalannya mereformasi aturan imigrasi. Kemarin, hakim William Orrick dari San Francisco menolak perintah eksekutif presiden tentang pembekuan dana federal untuk kota-kota suaka, yakni kota yang membuka diri untuk para imigran dan pengungsi. Salah satunya, San Francisco di Negara Bagian California. “Pertama, Ninth Circuit menolak larangan (imigran) dan sekarang membela kota-kota suaka. Dua-duanya tidak masuk akal. Sampai jumpa di MA!” tulis Trump pada akun Twitter-nya.
Namun, sebelum ke MA, perlawanan Orrick terhadap boikot kota-kota suaka oleh pemerintahan Trump itu akan lebih dulu dibahas di pengadilan banding. Selain kebijakan-kebijakan domestiknya yang terus dilawan, Trump dikritik karena memberikan banyak porsi bagi anak dan menantunya di Gedung Putih. Jared Kushner dan istrinya, Ivanka, tidak pernah absen dari pertemuan Trump dengan para pemimpin negara.
Kushner yang dipercaya sebagai penasihat Trump juga mulai mewakili AS di kancah internasional. Terutama jika berurusan dengan Israel. Bahkan, pekan ini Ivanka dikirim untuk mewakili AS dalam event W-20, bagian dari gerakan G-20 yang mengkhususkan diri untuk meningkatkan peran serta perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Ibu tiga anak itu menjadi satu di antara delapan narasumber dalam debat yang diselenggarakan di Berlin, Jerman, tersebut.
Ketika Ivanka mengklaim ayahnya adalah pejuang kesetaraan perempuan, penonton sontak mencemooh. Suara “huuu” terdengar cukup nyaring. Kanselir Jerman Angela Merkel yang duduk sepanggung dengan perempuan 35 tahun itu pun menunjukkan raut wajah yang tidak senang dengan penuturan Ivanka.
Meski demikian, ketenangan Ivanka menanggapi insiden tersebut patut diacungi jempol. “Saya sudah terbiasa,” katanya ketika ditanya moderator.
Di panggung internasional, Trump terpaksa membatalkan nazarnya sendiri. Soal NATO, misalnya. Setelah mengancam menarik diri dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu, dia kini malah memperbarui komitmen AS terhadap organisasi tersebut. Dia hanya mengimbau negara-negara anggota NATO yang lain untuk memberikan kontribusi finansial sesuai kesepakatan awal. Yakni, dua persen GDP.
Di Asia, Trump membuat sengketa Laut China Selatan kian tegang karena kritik pedas yang dilontarkan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson terhadap Beijing. Washington mengatakan akan bertindak tegas jika Tiongkok terus-menerus meningkatkan eksistensinya di pulau-pulau karang laut sengketa tersebut. Di sisi lain, Trump memuji sikap tegas pemerintahan Presiden Xi Jinping terhadap Korea Utara (Korut) terkait nuklir.
Pekan ini, USS Carl Vinson bakal tiba di Laut Jepang. Kapal induk bertenaga nuklir yang memiliki senjata lengkap tersebut akan membela kepentingan AS di Semenanjung Korea. Namun, kehadirannya sempat membuat Korut marah. Pyongyang pun mengancam melancarkan serangan nuklir ke Washington dan menenggelamkan USS Carl Vinson dengan sekali tembak jika AS berulah. (JPG/RBG)