JAKARTA – Fenomena supermoon dan bluemoon yang berbarengan dengan gerhana bulan total bakal berlangsung hari ini (31/1). Kabag Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Jasyanto menuturkan, gerhana bulan total itu merupakan fenomena langka. Di Indonesia, fenomena ini terakhir kali terjadi 36 tahun silam, tepatnya pada Desember 1982.
Dijelaskannya, gerhana bulan malam hari ini bukan gerhana biasa. Kali ini spesial karena bulan berada dalam konfigurasi supermoon dan bluemoon. Supermoon muncul ketika bulan berada dalam jarak terdekat dengan bumi. Saat itu terjadi, bulan bisa tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan biasanya. Sementara, bluemoon adalah bulan purnama yang terjadi dua kali dalam satu bulan kalender.
Jasyanto menuturkan, fenomena super blue blood moon diawali dengan gerhana sebagian. Kemudian diikuti gerhana total lalu disusul gerhana parsial lagi. Terakhir bulan sepenuhnya terlepas dari bayangan bumi yang sebelumnya menutupinya.
Masyarakat Indonesia cukup bersyukur bisa menikmati fenomena alam langka ini. Sebab, fenomena alam ini bisa dilihat penduduk yang tinggal di daerah Amerika Utara, Samudera Pasifik, Siberia Timur, dan Asia. Gerhana bulan langka ini tidak bisa diamati oleh penduduk di Amerika Selatan dan Afrika.
Fenomena super blue blood moon atau supermoon yang bertepatan dengan gerhana bulan total bakal berlangsung hari ini (31/1). Saat itu posisi matahari, bumi, dan bulan berada pada satu garis lurus. Berdasar perhitungan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan total dapat diamati di sebagian besar wilayah Indonesia.
Itu merupakan fenomena langka karena akan terulang lebih dari 100 tahun untuk di Amerika dan 36 tahun untuk wilayah Indonesia. Terakhir, super blue blood moon terjadi pada 30-31 Desember 1982. “Masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kemarin (29/1).
Fenomena itu dapat dilihat secara ideal dari daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga wilayah yang berada di sebelah barat Sumatera. Bulan akan melintas di Samudera Hindia yang berada sebelah barat Sumatera. Titik ini merupakan zona bulan terbit saat fase gerhana penumbra berlangsung. Puncak gerhana bulan total itu dapat diamati pada pukul 20:29,8 WIB; 21:29,8 WITA; dan 22:29,8 WIT.
Sementara itu, Kepala BMKG Kelas I Serang Sugarin mengatakan, fenomena blue blood moon kalau di Amerika memang akan terulang sekitar lebih 100 tahun. Untuk di Indonesia, sekitar 36 tahun. “Pernah terjadi pada tahun 1982. Masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan,” kata Sugarin kepada Radar Banten.
Sugarin menuturkan, fenomena tersebut memang tidak bisa dilihat di seluruh wilayah Indonesia. “Untuk Banten, fenomena itu bisa dilihat di wilayah Tangerang. Kalau di Serang, tidak bisa dilihat karena mungkin lintasannya saja,” tutur Sugarin.
Prakirawan BMKG Kelas I Serang Rofikoh Latif menambahkan, di Banten, warga yang bisa melihat cuma di Tangerang lantaran wilayah tersebut merupakan zona terbit saat fase gerhana penumbra berlangsung. “Di Serang bisa saja dilihat. Namun, tidak sejelas di wilayah yang lain seperti Tangerang. Apalagi kalau cuaca tidak mendukung,” tambah Rofikoh.
Rofikoh mengimbau terkait fenomena tersebut untuk masyarakat pesisir harus berhati-hati dan waspada dengan air laut pasang. “Untuk wilayahnya secara spesifik enggak ada. Saat ini ketinggian gelombang baik Selat Sunda utara maupun selatan memang masih cukup tinggi. Ini lantaran angin yang cukup kencang,” terang Rofikoh.
Kata Rofikoh, masyarakat pesisir harus waspada terhadap ketinggian gelombang yang masih kategori ekstrem. Selat Sunda bagian utara ketinggian gelombang sekira 1,25 hingga 2,5 meter dan Selat Sunda bagian selatan ketinggian gelombang sekira 2,5-4,0 meter. “Harus waspada saja untuk masyarakat sekitar pesisir pantai,” imbuhnya. (JPG-Umam/RBG)