SERANG-Tim tinju Banten gagal meraih medali pada PON XIX Jawa Barat 2016. Kegagalan tersebut membuat Pengprov Pertina Banten mengubah strategi pembinaan atlet. Organisasi pimpinan Ebrown Lubuk tersebut fokus pada pembinaan petinju usia muda sebagai regenerasi atlet yang akan disiapkan untuk PON XX Papua 2020.
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) Pengprov Pertina Banten, Raymond Alfons mengatakan, berkaca dari kegagalan tinju Banten pada PON XIX, pembinaan atlet usia muda sebagai bentuk pembibitan generasi atlet harus dilakukan sesegera mungkin. “Kami (pengurus-red) sependapat Banten butuh darah baru untuk mencetak prestasi. Untuk mendapatkan atlet hebat harus melalui proses pembinaan jangka panjang yang terstruktur,” kata Raymond kepada Radar Banten, Minggu (10/6) sore.
Raymond menambahkan, pemikiran ini sejalan dengan periodisasi waktu pelaksanaan PON XX di Papua tahun 2020. Dimana ada rentang waktu selama dua tahun untuk melakukan pembinaan jangka panjang dan menempa petinju muda yang saat ini banyak terdapat di kabupaten kota se-Banten. “Potensi atlet muda sangat banyak. Itu terlihat ketika Pengprov Pertina menggelar kejuaraan daerah (Kejurda). Semua pengcab menerjunkan banyak atlet berbakat. Yang paling kami soroti adalah perkembangan tinju di Cilegon, Lebak, dan Kabupaten Serang yang sangat menggeliat. Ini harus dikembangkan terus,” imbuhnya.
Saat ini, lanjutnya, Banten memiliki sekira delapan hingga 10 petinju muda yang usianya di kisaran 18 tahun. Jika dibina dalam jangka panjang, Pertina Banten bisa berharap banyak kepada petinju ini di PON XX nanti. “Orientasi kita untuk PON XX nanti. Di PON XX nanti, usia mereka ada dikisaran 21 dan 22 tahun. Itu adalah golden age (usia emas-red) buat atlet tinju. Makanya kami akan fokus melakukan pembinaan berjenjang berkesinambungan,” tegas Raymond.
Sementara itu, Pelatih Tinju Junior Banten Sunarto menyatakan, dari pengamatannya saat ini terdapat dua petinju muda Banten yang memiliki potensi meraih medali pada PON XX nanti. Kedua petinju tersebut adalah M Juliansyah (Lebak) dan Tarsono (Cilegon). “Baik Juliansyah maupun Tarsono punya pengalaman juara di level junior. Juliansyah merupakan juara ketiga di Kejurnas Antar PPLP 2016 dan Tarsono juara ketiga di Kejurnas tinju junior 2016. Dua petinju ini seharusnya bisa menjadi modal buat Pengprov Pertina Banten kedepan. Kualitas mereka masih bisa terus meningkat, dengan catatan pembinaan jangan sampai terputus,” ucapnya.
Ia pun mengaku, Pengprov Pertina Banten semakin semangat membina petinju muda lantaran saat ini Pengcab Pertina se-Banten sama-sama mengembangkan pembinaan petinju muda. Jika melihat data dari setiap kejurda junior yang digelar, tidak kurang dari 300 petinju muda yang ambil bagian. “Bahkan untuk regenerasi atlet utama saat ini kita punya tiga lapis pembinaan, yakni mini junior, junior, dan youth. Tiap lapisnya minimal ada 20 atlet,” tandas Sunarto. (dre/sr/ags)