Inah (42), nama samaran, sudah dua tahun pisah ranjang dengan suaminya, sebut saja Juned (43). Biasa, faktor ekonomi. Namun, status Inah kini digantung karena suami enggan diceraikan dan memilih untuk bertahan dengan alasan masih sayang, selain tidak ingin mengorbankan kedua anak buah hasil pernikahan mereka.
“Padahal saya sering minta cerai. Soalnya, status kita enggak jelas, sudah lama pisah ranjang,” ujarnya. Terus masalahnya di mana, Mbak?
Inah mengaku, belum bisa bersikap tegas menceraikan suami karena masih berat dengan Juned yang sampai saat ini masih memberikan perhatian. Pernah suatu hari Inah sakit, Juned tak pernah absen menemaninya. “Ya jadi bingung. Padahal, hubungan kita enggak jelas,” tukasnya. Itu tandanya masih sayang, Mbak.
Pernikahan Inah dengan Juned sudah berjalan tujuh tahun. Sudah dua tahun ini hubungan mereka tak punya arah dan tujuan. Kedua pihak keluarga juga tidak memberikan solusi atas kelangsungan hubungan mereka. Merasa terbebani dengan pikiran itu, Inah pun menceritakan persoalan rumah tangganya kepada Radar Banten yang menemuinya di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Serang. Inah saat itu sedang makan siang bersama kedua anaknya.
Selain wajahnya yang manis, sikap Inah juga ramah. Inah pun bercerita kalau sudah banyak pria yang mengantre untuk melamarnya. “Kalau mau, saya sudah punya suami baru yang jauh lebih baik daripada Kang Juned,” akunya. Belum tentu juga, Mbak.
Wajar Inah berkata demikian. Inah punya modal fisik. Masih segar, tidak terlihat sudah punya anak. Postur tubuhnya ideal, modis, kulitnya juga putih mulus. Lelaki mana yang tidak tergoda melihatnya. Pokoknya, enggak malu-maluin lah kalau sesekali diajak ke kondangan.
Sama halnya dengan Juned. Pengakuan Inah, Juned cukup rupawan. Sayangnya, fisiknya enggak didukung dengan sikapnya yang kasar dan temperamen. Diperparah Juned juga tidak punya pekerjaan yang jelas. Ngakunya sih pekerja proyek Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Tapi, setiap bulan tak pernah memberi uang, pas-pasan saja kepada istri. “Malah saya yang sering ongkosin dia ke Jakarta,” keluhnya. Berarti tukang ngibul tuh.
Inah bertemu dengan Juned di Tangerang. Waktu itu Inah dikenalkan temannya kepada Juned, warga Tangerang. Inah asli Serang yang saat itu sedang membantu usaha butik kakaknya. Inah anak bungsu dari dua bersaudara. Modus agar bisa dekat dengan Inah, Juned sering memborong pakaian di butik Inah.
“Dia dulu masih kerja jadi karyawan pabrik begitu. Tapi, orangnya boros, enggak pernah nabung,” ujar Inah.
Namun, pengorbanan Juned tampaknya tidak sia-sia. Inah terpedaya dengan sikap royal Juned, selain didukung fisik yang tampan. Sebulan kemudian, mereka pun jadian. Inah sering diajak main ke rumah Juned dan bertemu kedua orangtua. Setahun pacaran mereka pun menikah. Rumah tangga mereka awalnya cukup harmonis.
Dua tahun kemudian, mereka dikaruniai anak. Setelah kontrak kerja di pabrik habis, Juned memutuskan mengajak Inah mencari peruntungan di Kota Serang. Berbagai pekerjaan sempat dilakoni Juned. Mulai dari pegawai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), sampai berjualan sandal. Namun, ekonomi mereka tak kunjung membaik. Untuk menutupi biaya ekonomi, Inah sering bolak-balik ke Tangerang meminta bantuan kakaknya. Bukannya berterima kasih, Juned malah sering memarahi Inah yang sering pergi ke Tangerang. Padahal maksud Inah sibuk membantu kakaknya di butik agar tidak malu pas menerima uang. “Uang itu buat biaya makan sehari-hari juga, eh dia malah marahi saya,” kesalnya. Sabar Mbak Inah.
Sejak itu, mereka jadi sering bertengkar. Inah semakin geram melihat sikap Juned yang malas dan emosian. Kesehariannya Juned hanya tidur. Situasi itu membuat Inah semakin tak nyaman. Lima tahun usia rumah tangga, Inah yang kesal akhirnya mengusir Juned. Mereka memutuskan untuk pisah ranjang. Juned pun memilih pulang ke rumah orangtuanya di Tangerang.
“Saya di Serang kerja jadi karyawan toko minimarket. Pernah juga jadi pembantu rumah tangga. Sekarang alhamdulillah jualan kosmetik online,” katanya. Usaha sapa aja yang penting halal.
Selama pisah ranjang, banyak lelaki yang mendekati Inah dan berniat melamarnya. Dari rekan sekerja sampai pengusaha. Namun, Inah selalu menolaknya dengan alasan belum ada kepastian statusnya dengan Juned. Yang ada, setiap Inah meminta kepastian hubungannya pasti dimarahi Juned tanpa memberikan kejelasan.
“Saya pernah minta cerai, tapi dia ngamuk. Tapi, dia juga enggak nafkahin saya,” keluhnya. Dih, ada ya orang kayak begitu.
Sampai hari ini, hubungan Inah dan Juned masih belum jelas. Tapi, Inah mengaku, segera mengambil tindakan tegas demi masa depan anak-anaknya. “Saya dibantuin kakak ngurus cerai. Kalau dia masih enggak mau, ya saya nikah saja diam-diam,” tukasnya. Waduh, Mbak nakal ya. Moga saja masalahnya cepat kelar ya, Mbak. (mg06/zai/ira)