CILEGON, RADARBANTEN.CO.ID – Puluhan emak-emak di puluhan rumah di Lingkungan Gempol, Kelurahan Pabean, Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon sibuk mengolah buah tangkil atau melinjo menjadi emping. Aktivis itu dilakukan setiap hari.
Dalam satu hari, satu orang perajin bisa menghasilkan enam liter emping yang siap untuk dipasarkan.
Di kampung itu, tercatat 40 orang yang menjadi perajin emping. Jika secara keseluruhan, di Kelurahan Pabean, tercatat sekira 50 orang.
Dalam sepekan, emping yang dihasilkan oleh para emak-emak itu bisa mencapai belasan kuintal.
Lurah Pabean, Nurul Hadiyati menjelaskan, masyarakat di kelurahannya itu sudah 20 tahun menjadi perajin emping.
Nurul bercerita, bahan baku pembuatan emping yaitu Tangkil atau melinjo dipasok oleh warga setempat. Tidaknya hanya pemasok, buah tangkil yang diolah pun hasil panen warga setempat.
“Dari 40-an ibu-ibu, enam di antaranya pemasok tangkil, mereka ngupahin ibu-ibu yang lain, sehari menghasilkan enam liter emping, (emping yang sudah jadi) dikembalikan ke pemasok,” ujar Nurul, Selasa (28/6).
Kata Nurul, ada satu orang warga setempat yang menjadi bos besar dan menampung emping hasil produksi warga setempat.
Dari bos besar itu lah kemudian emping itu dipasarkan baik di dalam kota maupun ke luar Kota Cilegon.
“Seminggu bisa 10 sampai 15 kuintal emping yang terjual,” tutur Nurul.
Kelurahan Pabean menetapkan kampung tersebut sebagai sentra emping dengan harapan usaha masyarakat bisa semakin berkembang.
Melalui kebijakan itu juga, dari hulu hingga hilir kegiatan tersebut dikelola dan digeluti oleh masyarakat setempat.
“Jadi emping dipasok dari Pabean, yang mengolah warga pabean, yang memasarkan juga warga Pabean, dari sini kami berharap ke depan bisa mendongkrak perekonomian masyarakat,” ujar Nurul. (bam/air)