LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID- Emping melinjo, camilan khas yang sering menjadi pelengkap hidangan seperti soto dan sop buntut, kini semakin dikenal di pasar internasional. Di Kabupaten Lebak, produksi emping melinjo bukan hanya menjadi sumber mata pencaharian masyarakat, tetapi juga berhasil menembus pasar ekspor hingga ke Singapura dan Arab Saudi.
Salah satu pelaku usaha yang sukses mengembangkan industri emping melinjo adalah Siti Eriah, warga Kampung Ciloa, Desa Sukaraja, Kecamatan Warunggunung. Berkat kegigihannya, ia mampu memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya untuk turut serta dalam proses produksi emping melinjo.
“Awalnya usaha ini kecil, hanya melibatkan tiga orang di rumah. Alhamdulillah, sekarang sudah berkembang hingga memiliki sekitar 30 pekerja, hampir seluruh warga kampung ikut terlibat,” ujar Siti Eriah saat ditemui di kediamannya pada Minggu 16 Februari 2025.
Kabupaten Lebak memang telah lama dikenal sebagai sentra produksi emping melinjo. Banyak warga yang menggantungkan hidup dari industri ini, terutama kaum ibu rumah tangga yang bekerja sebagai perajin emping.
Dalam sehari, usaha Siti mampu memproduksi sekitar 500 kilogram emping melinjo. Proses pembuatannya masih mempertahankan metode tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
Buah melinjo terlebih dahulu disangrai menggunakan pasir panas di atas tungku bara api hingga matang. Setelah itu, kulit dalamnya dikupas sebelum ditumbuk dengan palu khusus hingga benar-benar pipih. Meskipun menggunakan cara tradisional, para pekerja tetap mampu menghasilkan belasan hingga puluhan liter emping setiap harinya.
“Para ibu rumah tangga yang bekerja di sini mendapatkan upah sekitar Rp6.000 per liter emping yang diproduksi. Lumayan untuk menambah penghasilan keluarga,” tambah Siti.
Sementara itu, Upin, salah satu buruh pengambil buah melinjo, mengaku pekerjaannya sangat membantu perekonomian keluarganya. “Saya bekerja sebagai pemetik melinjo untuk bahan baku emping. Sehari bisa mengumpulkan sekitar 10 liter sambil tetap mengasuh anak. Lumayan buat tambahan belanja dapur,” ujar Upin.
Emping melinjo dari Lebak tidak hanya dipasarkan di berbagai kota besar seperti Tangerang dan Bandung, tetapi juga telah sukses menembus pasar ekspor ke Singapura dan Arab Saudi. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan terhadap camilan khas Indonesia di mancanegara.
Keberhasilan industri rumahan ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, tetapi juga turut memperkenalkan kekayaan kuliner Nusantara ke dunia internasional. Dengan mempertahankan cita rasa autentik dan kualitas terbaik, emping melinjo khas Lebak semakin diminati oleh para pecinta kuliner, baik di dalam maupun luar negeri.
Editor: Abdul Rozak