LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID – Kisah memilukan dialami Cacang Hidayat (55), warga Kampung Sanding, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur. Hampir 25 tahun mengabdi sebagai pegawai honorer penjaga sekolah dan perpustakaan di SMP Negeri 2 Cibadak, kehidupan Cacang dan keluarganya jauh dari kata layak.
Cacang tinggal bersama istri dan enam anaknya di sebuah rumah tidak layak: bangunan tua yang miring, rapuh, dan minim fasilitas.
“Kalau hujan, kami pindah ke satu kamar yang masih agak utuh. Itu pun seadanya. Anak-anak tidur berhimpitan. Rumah ini memang sudah tidak layak,” ujar Cacang saat ditemui di rumahnya, Jumat 12 Desember 2025.
Bangunan yang mereka tempati tampak memprihatinkan. Tidak ada lantai ubin, hanya tanah mengeras yang menjadi alas seluruh aktivitas keluarga.
Selama lebih dari dua dekade bekerja sebagai honorer, penghasilan Cacang hanya berkisar Rp556.000 hingga Rp800.000 per bulan.
“Itu cukup tidak cukup, ya itu yang ada. Kami atur seadanya. Kadang ada tambahan dari kebun, atau istri bantu kerja. Alhamdulillah masih bisa bertahan,” katanya.
Untuk menuju sekolah tempatnya bekerja, Cacang berjalan kaki 8–9 kilometer setiap hari, berangkat pukul 05.00 WIB dan menempuh perjalanan sekitar dua jam.
Setelah bertahun-tahun mengikuti berbagai tes, tahun ini Cacang akhirnya dinyatakan lolos sebagai P3K Paruh Waktu. “Nomor NIP sudah keluar. Tinggal menunggu pelantikan bulan Desember ini. Alhamdulillah,” ucapnya.
Meski begitu, ada satu harapan besar yang masih ia simpan: memiliki rumah layak untuk keluarga.
“Penginnya punya rumah layak, tidak harus mewah. Yang penting tidak bocor dan tidak takut roboh,” harapnya.
Editor: Mastur Huda











