CILEGON – Pasangan bakal calon walikota dan wakil walikota Cilegon jalur perseorangan Ali Mujahidin dan Firman Mutaqin menyerahkan sebanyak 58.000 dukungan kepada KPU Kota Cilegon, Jumat (21/2). Pasangan yang lebih populer dikenal dengan nama Mumu-Lian Firman dalam kesempatan itu menyinggung persoalan dinasti dan korupsi.
Singgungan duet tokoh masyarakat dan artis itu terlihat dari kaus yang digunakan oleh rombongan pendukung. Di mana dalam kaus berwarna putih itu bertuliskan dinasti korupsi harus terhenti. Tagline itu jelas menyinggung bakal calon walikota petahana Ratu Ati Marliati yang diusung Partai Golkar.
Usai menyerahkan bukti dukungan, Mumu kembali menegaskan bahwa politik dinasti dan praktik korupsi memang harus dihentikan. Kata dia, jargon tersebut merupakan fakta dan realita yang selama ini terjadi di Kota Cilegon. Hal itu, menurutnya, sudah diketahui oleh masyarakat secara umum.
“Fakta dan realita bahwa semua persoalan leadership, kepemimpinan, sejak awal Cilegon berdiri semua masalahnya korupsi dan masalahnya dinasti. Bahwa warna kepentingan kelompok, golongan individu, masih memengaruhi hajat hidup orang banyak,” ujar Mumu.
Mumu meyakini seluruh lapisan masyarakat setuju dengan pernyataannya soal dinasti dan korupsi. Atas dasar itulah Mumu semakin merasa mantap untuk maju. “Tujuan kita membangun perubahan di Kota Cilegon,” ujar Ketua PB Al-Khairiyah itu.
Selain 58 ribu dokumen syarat dukungan yang diserahkan ke KPU, Mumu mengaku sudah menyiapkan sebanyak 40 ribu dokumen cadangan bila dokumen sebelumnya bermasalah. “Kita akan segera mengonsolidasikan tim, sahabat, relawan, untuk mengawal proses verifikasi administrasi dan verifikasi faktual,” tegasnya.
Sementara itu, Lian Firman menilai banyak masalah yang menjadi sorotannya bila kelak menjadi wakil walikota, yakni banjir dan pengangguran. Dia menilai, belum tuntasnya masalah itu disebabkan oleh sistem pemerintahan yang tidak baik, serta terjadinya korupsi. “Tujuan kita sudah jelas, kita ingin merubah Kota Cilegon menjadi lebih baik,” kata Lian.
Secara terpisah, Sekretaris DPD Partai Golkar Kota Cilegon Sutisna Abas mengaku tidak mempersoalkan jargon yang dibuat oleh Mumu dan Lian. Ia merasa tidak diserang oleh Mumu cs.
“Jargon-jargon yang dikeluarkan itu juga sebagai cerminan. Kalau mau memperbaiki Cilegon harus punya ide apa, gagasan apa supaya bisa menarik masyarakat,” papar Sutisna.
Sutisna justru menganggap Mumu dan Lian tidak paham jika keluarga Aat Syafaat menjadi walikota bukan bentuk dinasti politik. Aat dan putranya Tb Iman Ariyadi menjadi orang nomor satu di Cilegon melalui hasil pemilihan yang demokratis.
“Dia (Mumu) enggak mengerti dari Pak Aat ke Pak Iman hasil terpilih, bukan warisan,” tuturnya. (bam-ibm/ira)