Lagu yang berjudul Pulang Malu Tak Pulang Rindu milik grup band papan atas Armada itu cukup mewakili perasaan Udin (37), nama samaran. Udin mengaku rindu dengan istrinya, sebut saja Yeni (37), tetapi malu untuk pulang karena belum sukses di perantauan.
Udin sudah dua tahun bekerja di proyek Tol Serang-Panimbang di Kecamatan Tunjungteja. Selama itu pula Udin belum pulang ke kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat, untuk sekadar mengobati rasa kangennya terhadap istri. Hal itu lantaran Udin merasa malu belum bisa membawa sebongkah berlian untuk menyenangkan istrinya. Diakui Udin, upah yang dikumpulkan dari hasil kerjanya saat ini untuk bayar utang pun belum cukup.
“Dua kali puasa dua kali Lebaran saya enggak pulang. Sekali lagi Lebaran enggak pulang, saya jadi Bang Toyib,” guyun Udin. Bukan Bang Toyib, tapi Bang Udin dong.
Ditemui Radar Banten di Desa Kemuning, Kecamatan Tunjungteja, saat itu Udin sedang istirahat dari pekerjaannya sambil ngopi. Postur tubuhnya kekar, tinggi, dan berkulit hitam dengan sedikit kotoran bekas tanah merah yang menempel di bajunya. Saat diajak mengobrol tentang keluarga, Udin begitu semangat mencurahkan isi hatinya yang selama ini bikin galau.
Udin mengaku menyesal sudah menyia-nyiakan kebaikan Yeni dan keluarganya dengan bertingkah bak preman dulunya di awal-awal berumah tangga. Ia sering mabuk-mabukkan, judi, dan main perempuan. Sampai akhirnya keluarga Yeni murka dan mendesak anaknya untuk bercerai dengan Udin. “Tapi, enggak tahu kenapa, istri saya tetap enggak mau cerai,” akunya. Istri salihah tuh.
Padahal, Udin merasa sudah benar-benar membuat hati Yeni terluka cukup dalam, sedalam lautan. Keluarga Yeni sudah memfasilitasinya dengan rumah, kendaraan, tempat usaha, hingga fasilitas mewah lain. Bukannya mensyukuri, Udin malah besar kepala dan bertingkah sok kaya. “Karena itu saya nyesal dan pengin ganti semua yang sudah dikasih ke saya,” sesalnya. Bagus deh sadar, Bang.
Udin mengaku memilih Yeni karena sosoknya menawan, selain berasal dari keluarga berada, orangtua Yeni merupakan pengusaha mebeler yang cukup sukses. Tak heran Yeni selalu mengenakan pakaian mahal. Beruntung, Yeni orangnya tidak jemawa. Bahkan, terbilang istri salihah selalu menuruti apa kata suami.
“Saya kenal dia dari kecil waktu orangtuanya masih miskin. Sampai dewasa sikapnya enggak berubah, masih baik,” pujinya. Beruntungnya Abang ini.
Sementara Udin hanya terlahir dari keluarga sederhana. Namun, ayahnya termasuk pekerja bangunan profesional di Jakarta. Sampai akhirnya, ayah Udin pensiun dari kerjaannya karena sakit. Udin anak kedua dari empat bersaudara. Merasa dulu tak merasa malu dengan kesuksesan kakaknya yang menjadi ASN. Udin muda cukup nakal, tak pernah menurut kepada orangtua. Kerjaannya hanya main dan memanfaatkan pemberian orangtua. Meski begitu, Udin dikenal cukup baik di hadapan temannya, selain pandai merayu perempuan, dibuktikan dia mampu menggaet hati Yeni.
Karena sudah lama berteman, Udin tanpa ragu langsung mengajak Yeni menikah meski berstatus pengangguran. Beruntung Yeni menerima ajakan Udin untuk menikah. Singkat cerita, mereka melangsungkan pernikahan dengan pesta cukup meriah. Keluarga Yeni menerima Udin apa adanya.
Mengawali rumah tangga, Udin mulai berpikir dewasa mengikuti jejak bapaknya bekerja di bidang material. Saat itu ia menunjukkan kerja kerasnya dan rajin selama bekerja di toko material milik bos bapaknya di Cirebon. Udin yang awalnya hanya bekerja mengangkut batu bata, dipromosikan ke bagian pendataan barang. “Tapi gajinya masih kecil, cuma cukup buat makan sehari-hari doang,” tukasnya. Syukuri aja sih Bang.
Namun, Udin tak terlalu pusing saat itu memikirkan ekonomi keluarga. Hal itu lantaran semua kebutuhan hidup Udin dan istrinya sudah terpenuhi oleh orangtua Yeni. Tepatnya setelah mereka dikaruniai anak, orangtua Yeni yang senang memiliki cucu, membangun rumah untuk Udin dan Yeni. “Katanya hadiah buat cucu,” akunya. Subhanallah ya.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan Udin dan Yeni semakin harmonis. Tiga tahun berumah tangga, Udin mulai kepikiran ingin memiliki sebuah mobil. Orangtua Yeni yang mendengar rencana Udin itu, bergerak cepat membelikan mobil untuk mereka. Sejak itu, Udin mulai jemawa. Merasa sudah sejahtera, Udin sering foya-foya bersama temannya. Awalnya hanya nongkrong-nongkrong sampai larut malam, lama-lama mulai minum minuman keras ditambah lagi judi main kartu sampai pagi. Perilaku buruk Udin itu pun sampai ke telinga orangtua Yeni. Sampai akhirnya, orangtua Yeni menegur Udin yang saat itu dalam kondisi mabuk berat. Bukannya meminta maaf, Udin yang saat itu masih di luar kesadaran membentak orangtuanya. Keesokan harinya, Udin ditinggal sendirian di rumah. Anak dan istrinya pulang ke rumah orangtua. “Waktu itu saya dimusuhi keluarga istri sama keluarga saya sendiri. Ya sudah kerjaan setiap malam mabuk terus,” kenangnya. Idih bukannya insyaf Bang.
Orangtua Yeni yang tak tahan dengan kelakuan Udin langsung mendesak Yeni agar bercerai dengan suaminya dan minta Udin angkat kaki dari rumah. Keributan pun terjadi, sampai akhirnya Udin pergi ke Jakarta menemui temannya berniat meminjam uang untuk mengganti semua yang pernah diberikan orangtua Yeni. “Tapi saya enggak dapet uang pinjaman. Akhirnya, gini deh kerja bangun jalan tol,” ujarnya.
Udin terakhir kali menelepon Yeni sekitar dua minggu lalu. Sambil sesenggukan menahan tangis, Yeni mengaku tak ingin bercerai dengannya dan setia menunggu Udin kembali pulang ke rumah. Mendengar pengakuan Yeni, Udin mengaku terharu dan berencana pulang ke rumah setelah merasa sudah sukses. “Pengen pulang tapi malu, sudah kangen banget sih sama anak istri. Tapi kalau pulang nanti dia sudah nikah lagi, saya cari istri baru kali ya,” kelitnya. Ih dasar ya ya buaya. (mg06/zai/ira)