Jujur saja, saya agak malas menonton film Indonesia yang pemerannya adalah komedian. Sudah kapok saya dengan kualitas film Warkop DKI atau Bagito, dan juga mungkin komedian mutakhir semacam Sule dan rombongan OVJ.
Maka saat ada tawaran untuk nonton Comic 8, film yang isinya para stand up comedian (comic) jebolan acara di KompasTV, saya agak berpikir juga. Saya khawatir, para komedian cerdas itu juga akhirnya terjerumus bikin film yang slapstick dan kehilangan kecerdasannya.
Namun ternyata, secara tidak sengaja saya menonton thriler Comic 8 yang muncul sebelum video audisi Indonesian Idol 2014 di Youtube. Yang membuat saya tidak
mengklik tombol ‘skip add’ adalah persembahan adegan silat dan tembak-tembakan ala Jhon Woo, dan keburtalan ala film The Raid.
“Ini bukan film Dono, walau ada Indro Warkopnya,” pikir saya. Maka besoknya, saya pun antre di bioskop untuk menonton film Comic 8….
Dan memang film ini memang bertaburan joke-joke cerdas dari para comic. Film ini juga lucu karena memang situasi yang dibangun memang mengundang tawa, bukan karena karakternya yang bertingkah lucu. Kekurangannya ya memang masih ada, seperti karakter laki-laki berpakaian perempuan.
Tehnik bercerita, sang sutradara Anggy Umbara memang menawarkan tehnik yang tidak biasa. Alur cerita yang tidak linear memang agak menyulitkan penonton untuk mencerna. Tetapi saya rasa Anggy memang paham bahwa para penonton
film ini kebanyakan para penggemar stand up comedy yang dianggap punya kecerdasan yang cukup untuk mencerna jalan cerita.
Secara garis besar, cerita film ini mengikuti sepak terjang para comic yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah ‘The Amateur’ yang beranggotakan tiga penjahat amatiran, yaitu Babe Cabita, Bintang Bete, dan Fico Fahriza. Kelompok kedua adalah ‘The Gangsters” yang beranggotakan tiga orang penjahat kawakan, yaitu Ernest Prakasa, Kemal Fahlevi, dan Arie Kriting.
Sementara kelompok ketiga adalah ‘The Freaks’ beranggotakan dua penjahat pengidap Robin Hood Syndrome, yang merampok uang perampok untuk disumbangkan ke panti asuhan. Mereka adalah Mongol dan Mudy Taylor.
Nah, tiga kelompok perampok ini lah yang bertemu secara tidak
sengaja di Bank INI yang hendak mereka rampok. Kisah permapokan bank ini yang kemudian mengalir menjadi cerita seru penuh aksi dan kelucuan.
Untuk urusan detil, film ini lumayan membanggakan. Bahkan segala pernak-pernik alat iklan bank fiktif itu bisa hadir memperkuat cerita. Belum lagi adegan tembak-tembakan yang kualitasnya juga jauh dari mengecewakan. Semuanya hadir dengan baik…
Kehadiran Pandji Pragiwaksono, Nikita Mirzani, Nirina Zubir, Cak Lontong, Ge Pamungkas dan para pendukung lain, memang terasa hadir memperkuat cerita yang dijalin. Sungguh film produksi Falcon Pictures ini adalah salah satu film yang recommended banget untuk ditonton.
Belum lagi, film ini punya twisted ending macam Fight Club atau Sucker Punch. Menarik kan?…(Krisna Widi Aria)****