JUNK food boleh jadi enak, ringan dan praktis. Tapi tahukah
Anda bahaya mengkonsumsi junk food tidak hanya karena kandungan lemak dan
garamnya yang tinggi. Sebuah studi pun menyebut bahwa makan junk food tetap
membuat anak gemuk, meski mereka banyak berolahraga.
Bahkan peneliti menemukan, anak yang mengonsumsi banyak
lemak mempunyai perut lebih bundar dibandingkan remaja yang tak pernah
mengonsumsi junk food, tidak peduli seberapa banyak aktivitas fisik yang mereka
lakukan. Dengan kata lain studi ini berupaya menjelaskan bahwa hanya dengan
mengurangi konsumsi lemak dan meningkatkan aktivitas fisik adalah satu-satunya
cara untuk melawan obesitas anak.
“Hingga kini banyak yang berpikir pola makan tidak
seimbang masih dapat dikompensasi dengan latihan fisik. Namun dalam studi ini
kami tidak melihat itu,” kata peneliti Dr. Idoia Labayen dari University
of Basque Country, Spanyol, sepertri dilansir laman Daily Mail, Senin (31/3).
Dalam studi ini peneliti mengamati peranan makanan berlemak
dalam pembentukan lemak perut pada 224 partisipan remaja. Menurut peneliti, ini
adalah tempat paling berbahaya untuk menyimpan lemak karena dapat meningkatkan
risiko gangguan jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
“Ditambah lagi remaja merupakan kelompok berisiko
karena gaya hidupnya. Gaya hidup mereka cukup mengkhawatirkan karena mereka
mulai berani mengambil keputusan sendiri terkait apa yang mereka ingin makan
dan tidak, dan mereka juga tengah melalui masa di mana banyak dari mereka yang
berhenti melakukan olahraga tertentu,” kata Dr. Labayen lebih lanjut.
Peneliti mengukur kadar lemak partisipan dengan menggunakan
sebuah mesin yang disebut Dexa (dual energy X-ray absorptiometry) yang
memberikan informasi tentang jumlah otot dan massa lemak pada tiap-tiap bagian
tubuh. Tidak lupa pola makan dan aktivitas fisik partisipan juga dinilai oleh
peneliti.
Dan sesuai dugaan peneliti, ternyata mengonsumsi banyak
lemak tetap bisa meningkatkan risiko obesitas, bahkan meski asupan kalori
totalnya tidak bertambah, terlepas partisipan rajin berolahraga atau tidak. Ini
artinya makin banyak lemak yang mereka konsumsi, pada akhirnya jumlah lemak di
seputaran lingkar pinggang mereka juga akan meningkat.
“Meski faktanya aktivitas fisik biasanya merupakan
faktor pencegah, tapi dalam kasus semacam ini olahraga ternyata tak mampu
mengatasinya,” pungkas Dr. Labayen. (fny/jpnn)