SERANG – Banyak pekerjaan rumah yang harus digerakkan masyarakat Banten untuk mengisi pembangunan dan pemulihan Banten setelah ditahannya Gubernur Banten Nonaktif Ratu Atut Chosiyah. Hal ini mencuat dalam diskusi bedah buku “Dinasti Rente” karya Dahnil Anzar, di salah satu rumah makan di Kota Serang, Kamis (26/6/2014).
Koordinator ICW Ade Irawan menjelaskan bahwa gerakan di Banten jangan berhenti setelah turunnya Ratu Atut Chosiyah. “Pekerjaan yang harus dikerjakan ialah gerakan sosial semacam apa yang harus dilakukan setelah Ratu Atut ditahan,” jelasnya.
Sementara itu pembicara lain, Dekan Fisip Unsera Abdul Malik menilai bahwa Banten selalu menarik untuk menjadi kajian sosial. “Sebagai jurnalis, apa saja dinamika yang ada di Banten saya rekam dalam karya jurnalistik. Saya menyatakan bahwa Banten saat ini menarik menjadi objek kajian dan perbincangan. Terlalu banyak persoalan di Banten untuk kita teliti dan dikaji,” jelasnya.
Menurutnya, hal yang menonjol ketika membicarakan Banten ialah ironi Banten san pesimistis Banten. “Ini harus dicari jalan keluarnya agar perjuangan di Banten tidak mengalami titik jenuhnya,” paparnya.
Abdul Malik menambahkan bahwa jangan sampai gerakan sosial di Banten gagal memanfaatkan momentum. “Elite dan tokoh pergerakan di Banten tidak cukup kuat dan nyaris kandas. Diskusi hari ini seperti sudah kita lakukan satu, dua bahkan 13 tahun yang lalu.
Mentalitas gerakan kita masih mentalitas lama. Saya khawatir ini akan habis energinya,” ungkapnya.
Hadir dan menjadi pembicara dalam diskusi kali ini Ketua Komisi I DPRD Banten Agus R Wisas. Acara juga dihadiri oleh beragam elemen pergerakan dan mahasiswa di Banten. (Wahyudin)