GAYA hidup halal identik dengan umat muslim. Kaum muslim menjalani berbagai kegiatan dengan mempertimbangkan faktor halal. Hal paling utama adalah dalam memilih makanan.
Di bidang pariwisata dan bisnis, banyak pelaku industri sudah menyadari besarnya konsumen muslim di Indonesia. Kemudahan untuk beribadah sambil jalan-jalan di mal, makan di restoran, hingga nongkrong di kedai kopi juga sudah tersedia.
Masyarakat pasti mencari musala di mal atau restoran saat waktu salat tiba. Pada bulan Ramadhan, sejumlah pusat perbelanjaan bahkan menambah ruang untuk salat. Pelaku industri juga memberikan makanan berbuka puasa secara gratis hingga menutup tirai restoran saat siang hari.
“Ada 10 sektor yang menjadi bagian dari gaya hidup halal. Diantaranya makanan, pariwisata, fesyen, kosmetik, pendidikan, finansial, farmasi, media dan rekreasional, layanan kesehatan, kebugaran, seni dan budaya,” kata Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar di Artpreneur Ciputra di sela-sela Indonesia International Halal Lifestyle Expo and Conference 2016, Jumat (7/10).
Sapta menjelaskan, majunya pasar muslim di tanah air menjadi tonggak sejarah lahirnya desainer dengan generasi yang baru. Ia berharap pemakai busana atau konsumen muslim dunia semakin maju.
“Kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian atas kurangnya informasi mengenai industri halal di Indonesia,” katanya.
Ia berharap komunitas muslim dapat lebih mudah mengakses dan mendapat pengetahuan tentang produk halal dan layanan dari pemerintah berdasarkan hukum islam. Ia mendorong pelaku bisnis dapat memberikan produk dan layanan yang halal.
“Pertumbuhan industri halal saat ini adalah pertumbuhan segmen konsumen yang paling tinggi di dunia dan potensial menjadi sumber kemakmuran,” jelasnya. (cr1/JPG)