SERANG – Pencarian Diki Sukmawan di Sungai Cibeureum berakhir, Senin (14/5) sekira pukul 10.20 WIB. Pemuda asal Kampung Mulih, Desa Mekarsari, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, itu tewas. Jasadnya tersangkut di tumpukan sampah di sungai.
Anggota Search and Rescue (SAR) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang Jhoni Ewangga menyatakan bahwa kematian Diki Sukmawan akibat tenggelam di Sungai Cibeureum yang melintasi Kampung Parigi, Desa Nanggung, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang. “Ditemukan 30 meter dari lokasi awal tenggelam. Posisinya nyangkut di tumpukan sampah,” tegasnya melalui sambungan telepon seluler, kemarin.
Informasi yang diperoleh Radar Banten, antara Sabtu malam (13/5) hingga Minggu (14/5) dini hari, pemuda 20 tahun itu ngebut di Jalan. Kopo-Maja. Bersama teman-temannya, korban lalu nongkrong di jembatan di atas Sungai Cibeureum.
Sekelompok pemuda yang diduga dari Kampung Parigi datang dan menegur kelompok Diki Sukmawan. Pemuda yang diduga dari Kampung Parigi itu terganggu. Korban dan kelompoknya dianggap ugal-ugalan di jalan raya menggunakan sepeda motor.
Diki Sukmawan dan beberapa temannya kemudian berlari menghindari ke arah Sungai Cibeureum. Korban dikatakan meloncat ke sungai. Korban nekat menyeberangi sungai menggunakan pelepah pisang yang mengapung ke sungai.
“Temannya selamat karena bisa berenang. Sementara, Diki hilang. Diduga enggak bisa berenang sehingga tenggelam (pada Minggu dini hari-red),” terang Jhoni.
Proses pencarian korban dilakukan Tim Reaksi Cepat (TRC) SAR BPBD Kabupaten Serang dibantu unsur pimpinan Kecamatan Kopo, perangkat Desa Nanggung, relawan, dan warga sekitar Sungai Cibeureum. “Korban sempat dibawa pihak kepolisian untuk diidentifikasi sebelum diserahkan kepada pihak keluarga,” kata Jhoni.
Sekretaris Kecamatan Kopo Tenda Subekti mengungkapkan hal senada. Setelah ditemukan, jasad Diki Sukmawan sempat divisum di Puskemsas Kopo, kemudian diserahkan kepada keluarganya. Tenda menyebutkan bahwa rumah kedua orangtua korban hanya berjarak sekira tiga kilometer dari Sungai Cibeureum.
“Dari unsur kepolisian masih berjaga-jaga di rumah duka, takut ada hal yang tidak diinginkan, seperti pihak ketiga ngomporin karena banyak asumsi atas kejadian itu. Tapi, Alhamdulillah, sampai saat ini (kemarin sore-red), kondusif,” tegas Tenda.
Menurut Tenda, Jalan Maja-Kopo menuju Jalan Maja Citra Raya kerap dijadikan ajang balapan liar. Jembatan di Sungai Cibereum juga jadi tempat nongkrong anak pemuda setiap hari Jumat malam dan Sabtu malam.
“Jembatan itu tempat ngumpulnya muda-mudi yang bawa motor. Di jembatan, ramai kalau malam, terutama malam Sabtu dan malam Minggu. Jembatan jadi sumber keributan. Harus ada peningkatan patroli dari kepolisian,” harapnya. (Nizar S/Radar Banten)