SERANG – Gubernur Banten Wahidin Halim secara resmi membuka Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XV Banten pada Senin (16/4) malam di kompleks Masjid Raya Albantani, Curug, Kota Serang.
Pembukaan MTQ ditandai dengan pemukulan beduk oleh Gubernur bersama Wagub Andika Hazrumy, Sekda Banten Ranta Soeharta, Ketua LPTQ Nasional Muhammadiyah Amin, Kepala Kanwil Kemenag Banten A Bazar Syam, Wakil Ketua DPRD Banten Nuraeni, dan Kapolda Banten Brigjen Pol Listyo Sigit Prabowo, Ketua Pelaksana MTQ XV Sholeh Hidayat.
Turut hadir pada acara pembukaan para kepala daerah di Banten, Kapolda, Danrem, kepala organisasi perangkat daerah dan pejabat eselon tiga Pemprov Banten, serta tokoh masyarakat.
Saat memberikan sambutan, Wahidin mengungkapkan pengalamannya menyaksikan perhelatan MTQ. “Waktu saya umur tujuh tahun, bapak saya mengajak saya untuk menghadiri MTQ nasional di Stadion Bung Karno. Dalam keadaan lapar kami berangkat dengan naik truk dari rumah. Begitu indahnya lantunan ayat ayat suci Alquran yang dikumandangkan oleh Nanang Qosim, Tubagus Kuncung, dan pendekar pendekar Alquran lainnya. Kita Begitu menghayati Alquran, dirasakan sarat dengan makna. Tanpa sadar kita dari sore, dari jam dua sampai pagi, kita sampai tertidur di gedung yang megah itu. Menyatu antara pikiran dan hati kita. Begitu khidmat, begitu terasa dalam denyut nadi saya sebagi seorang anak-anak, dan tentu saya mengagumi para qori qoriah,” ungkapnya.
56 tahun kemudian, lanjut Gubernur, kita saksikan MTQ hanya sekadar seremonitas, tanpa memberikan makna, tidak lagi menjadi tuntunan dan tontonan, semuanya sekarang terdegradasi dengan aktivitas kegiatan.
“Kita saksikan bagaimana akademi dangdut, dangdut pantura, menghiasi tivi-tivi yang ada. Berjoged. Yang berhijab pun larut dalam joged dan larut dalam nyanyian-nyanyian,” ungkapnya
Karena itu, lanjut Gubernur, tidak perlu bersedih dan berputus asa. Tapi harus menjadi renungan panjang bagi kita semua. Apakah ada yang salah dalam diri kita, salah dalam komunitas kita, salah pada diri bangsa ini, ketika nilai nilai Alquran tidak lagi menjadi pedoman, tidak lagi sarat dan bermakna dalam tata kehidupan kita.
“Lewat informasi teknologi, kita sudah terkalahkan,” katanya.
Apa yang kita alami, kata Gubernur, karena pesan pertama dalam Alquran bacalah, iqro. Tidak sekadar membaca tapi harus mengkaji bahwa ada seperangkat nilai yang bersifat universal. Bacalah terhadap fenomena alam karena dalam Alquran bercerita tentang ayat ayat kauniyah. Bacalah tentang fenomena sosial. Bacalah hubungan antarmanusia. Bacalah juga bagaimana hubungan dengan Allah SWT.
“Kita kekeringan nilai, moralitas, sosialitas, etika, estetika, kita jauh dan berada di belakang. Ujaran-ujaran kebencian, iri dengki, mau terpesona mendengarkan berita-berita hoaks, berita-berita bohong, bad news, dan sebagainya yang mengumumkan berbagai aib seorang. Yang tadinya tabu tapi sekarang menjadi sangat terbuka.
Gubernur pun mengungkapkan rasa keprihatinnya. Sekarang menghina presiden sebagai simbol negara yang harusnya dihormati, bukan lagi persoalan. Menghina antaragama, antara kelompok, antara suku, sekarang merebak di mana mana. “Sadarkah bahwa kita hari ini, kemarin, pada satu yang harus menjadi pedoman dan panduan,” ungkapnya.
Oleh karena itu ia mengajak kepada semuanya untuk semangat membangun, mengajak untuk membangkitkan semangat hubungan antarsesama anak bangsa. Eratkan hubungan nasionalisme dan tidak menolak Pancasila sebagai dasar dan pedoman negara.
Melalui MTQ ini, ia berharap tidak sekadar menjadi acara seremonial belaka, tapi mampu membebaskan Banten dari buat Alquran. Kepada dewan hakim MTQ, ia berpesan agar menjadi dewan hakim yang adil.
Gubernur juga menginginkan agar Banten kembali menjadi juara pada MTQ Nasional. “Tidak semata mata kejuaraannya, tapi syiarnya yang kita inginkan karena banyak anak kita yang hafal Alquran,” ungkap Gubernur. (Aas)