Sekitar 500 rumah di Kampungbaru, eks lokalisasi Dadap, Kosambi, Kabupaten
Tangerang mulai berbenah. Rumah mereka semakin berwarna dan dihiasi mural yang mendidik. Baik pria dan wanita bahu membahu mengecat kampungnya dengan
warna yang cerah dan menarik. Tujuan mereka satu, ingin bahagia dan lepas dari stigma negatif.
SEJUMLAH orang bergegas menuju RW 02, Kelurahan Dadap. Guyuran air hujan tidak menyurutkan langkah mereka mendatangi kampung yang sebentar lagi akan berwarna dan tertata itu. Sejak akhir 2016, pasca penggusuran kafe dan warem di sana, warga menggaung kan semangat gotong royong.
Warga bertekad membangun kampung yang ramah lingkungan. Semuanya dikelola sendiri tanpa bantuan siapapun. Baik kaum ibu dan bapak membawa sendiri peralatanya. Tak hanya kuas dan cat, cangkul dan sapu ikut berayun membersihkan sejumlah saluran air dan sampah di kawasan nelayan tersebut. Semuanya bekerja dengan senyuman, tak ada paksaan. Mereka paham betul, getirnya menjadi orang terpinggirkan, setelah dua tahun hidup tanpa kepastian.
Warga RW 02, Dahlia Dahliana mengatakan, perubahan warna di kampungnya diawali dengan program 10 ribu per rumah. Uang tersebut dibelikan alat dan cat untuk program tersebut. Ia bersama kaum ibu di RW 02 menjadi tim penagihnya. ”Awalnya sulit, banyak yang enggak mau bayar, tapi saya enggak menyerah ini untuk kebaikan kita bersama,” terangnya kepada Radar Banten, Senin (24/3).
Program ini sedikit demi sedikit akhirnya terwujud. Mural mengenai pentingnya kebersihan dan kebersamaan menjadi pesan dinding yang terpatri di setiap rumah warga. Yang menambah keren, dari setiap RT tersebut memiliki lukisan mural yang kesemuanya hasil karya warga. ”Kami tak ada pembinaan sama sekali, semuanya murni dari inisiatif sendiri,” jelasnya.
Meski masih dalam proses pengecatan. Dahlia mengaku, melakukan program tersebut karena terinspirasi dari Kota Malang, Jawa Timur dan Tanjungpriok yang jaraknya tak jauh dari Muara Kamal. Kesemuanya pun viral di media sosial.
”Gerakan masyarakat melakukan pengecatan di tembok itu sekarang lagi ngetren. Lalu di medsos (media sosial) juga banyak yang selfie di Kampung Warna Warni di Malang. Kenapa tidak dibuat saja di lingkungan kita, akhirnya saya coba kasih ide ke para remaja, ternyata disambut baik oleh mereka dan terus disampaikan lagi di pertemuan RT/RW,” ujarnya.
Dahlia menuturkan, masyarakat sangat antusias dalam menyambut ide Kampung Warna Warni ini. Menurutnya, dengan ini juga masyarakat yang memiliki kemampuan melukis bisa terakomodir kemampuannya. ”Jadi, bagi mereka yang punya bakat melukis, kita juga bikin spot-spot lukisan tiga dimensi. Di dalam lukisan itu kita selipkan tema-tema motivasi buat warga. Contohnya seperti mengenai kebersihan di dalam lingkungan masyarakat,” tuturnya.
Dia pun memiliki target bahwa kedepannya, Dadap yang selama ini diterpa stigma kampung mesum dan kumuh akan menjadi Kampung Warna Warni secara keseluruhan. ”Selain itu, ke depan akan kita kembangkan lagi dengan industri. Jadi bagi warga yang datang ke situ tidak hanya selfie-selfie saja tapi bisa juga belanja,” pungkasnya.
Melihat hal itu, salah satu warga Dadap, Waisul Kurnia mengaku, antusias untuk menciptakan kampungnya menjadi terlihat berbeda. Pengecatan pun sudah dilakukan secara bahu membahu oleh warga sejak minggu lalu.
”Semuanya dilakukan warna-warni. Enggak pake duit dari Pemerintah. Tadinya tembok-tembok rumah biasa. Ngikutin kampung di Malang kayaknya. Lebih indah dilihat saja,” ujarnya. (Togar Harahap/RBG)