CILEGON – Keindahan terumbu karang menjadi destinasi unggulan di kawasan pariwisata Pulau Sangiang, Kabupaten Serang. Namun, kini keindahan yang ada di perairan Selat Sunda itu terancam akibat sampah plastik dan yang sulit terurai.
Kondisi itu pun menjadi perhatian TNI Angkatan Laut (AL) Banten bersama sejumlah komunitas diving. Untuk meminimalkan dampak dari sampah-sampah itu, TNI AL Banten bersama Banten Divers Community (BDC), Samsara Eco Dive, Badak Diving Club, dan penyelam dari Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP dan Sekolah Tinggi Perikanan melakukan penyelaman untuk memungut sampah di bawah air kawasan tersebut pada akhir pekan lalu.
Komandan TNI AL (Danlanal) Banten Kolonel Laut (P) Baroyo Eko Basuki menjelaskan, Pulau Sangiang sangat terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Banyak wisatawan datang ke pulau di tengah-tengah perairan Selat Sunda itu untuk menyelam dan menikmati keindahan aneka biota laut.
Namun, kondisi biota bawah laut di pulau itu kini mengalami kerusakan, dan salah satu penyebabnya adalah sampah-sampah pelastik dan yang sulit diurai. “Itu menghambat pertumbuhan karang dan merusak keindahan,” ujar Baroyo kepada wartawan setelah melakukan penyelaman.
Ia menjelaskan, sampah-sampah itu berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar pulau itu, wisatawan, serta kapal-kapal yang melintas di perairan Selat Sunda. Sampah-sampah itu kemudian terbawa arus dan tersangkut di terumbu karang.
Dalam melakukan penyelaman guna memungut sampah, menurut Baroyo, TNI AL Banten menerjunkan 10 penyelam. Sedangkan penyelam dari belbagai elemen lainnya itu berkisar 20 orang. Sehingga total penyelam yang dikerahkan sekira 30 orang.
Hasilnya, menurut Baroyo, sampah plastik cukup banyak di lokasi penyelaman. Penyelam yang sudah dilengkapi dengan alat standar penyelaman dan jaring untuk menyimpan sampah memungut sampah-sampah tersebut.
Baroyo mengaku sangat menyayangkan kondisi itu. Menurutnya keindahan bawah laut Pulau Sangiang merupakan anugerah besar dari Yang Maha Kuasa dan seharusnya dijaga oleh seluruh pihak.
Sekretaris BDC Ferry menjelaskan, selain sampah, yang membuat kapal rusak adalah jangkar kapal. Sekali jatuh jangkar menurutnya puluhan karang bisa hancur karena hantaman jangkar itu. “Kita pun nanti pada 18 Agustus mendatang akan memasang mooring buoy untuk membatasi nelayan membuang jangkar,” tuturnya.
Terkait sampah, Ferry pun mengaku sangat menyangkan hal tersebut terjadi. Sebagai orang yang menggeluti dunia diving, menurutnya Pulau Sangiang menjadi lokasi yang sangat bagus untuk kegiatan tersebut. (bam/air/ags)