Air susu dibalas air tuba. Mungkin peribahasa itu seperti kisah rumah tangga yang dialami Nengsih (56), bukan nama sebenarnya, sungguh memilukan. Lima tahun menjadi tenaga kerja wanita (TKW) demi membantu ekonomi keluarga, Nengsih malah dikhianati suami, sebut saja Tole (57), yang menikah lagi dengan kekasih barunya. Yassalam.
Peristiwa itu terjadi sepuluh tahun silam. Nengsih merupakan warga Kecamatan Lebakwangi. Ditemui di kediamannya, ia tampak asyik mengobrol dengan ibu-ibu lainnya di teras rumah. Kedatangan Radar Banten yang berniat nimbrung bareng mendapat sambutan hangat dari para ibu-ibu, termasuk Nengsih yang kemudian bercerita panjang lebar tentang kisah masa lalunya yang pahit sepahit empedu.
Semua bermula akibat kondisi ekonomi rumah tangga Nengsih dan Tole yang minim. Dari sejak kelahiran anak pertama, Tole sudah tidak bekerja. Tadinya Tole berprofesi sebagai petani menggarap sawah, tetapi akibat lahan sawah warisan orangtua dijual untuk membiayai pernikahan adiknya, akhirnya Tole menganggur. Sejak itu, rumah tangga mereka terus diguncang prahara. “Pokoknya, sejak menikah, Mas Tole hanya berbekal sawah warisan orangtua yang digarapnya untuk menafkahi keluarga. Jadinya hidup pas-pasan,” keluhnya. Enak dong pas-pasan, pas butuh, pas ada tuh.
Tole merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Ditinggal mati orangtuanya, Tole diwarisi lahan sawah. Namun, belum sempat digarap, sawah sudah dijual demi membantu adiknya yang membutuhkan biaya untuk menikah.
“Saya sebenarnya enggak setuju. Toh, untuk nikah cari uang bisa pakai cara lain, minjem dulu kek. Ini malah nekat jual sawah,” kesalnya. Pinjam juga bukan solusi Mbak.
Setelah semua harta warisan dijual, barulah Tole kebingungan untuk menafkahi Nengsih dan anaknya. Merasa kehabisan akal, Tole pun mendapat bisikan temannya bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat, yaitu menjadi seorang TKI. Akhirnya, Tole pun merayu Nengsih untuk menjadi TKW dengan tujuan agar rumah tangganya tidak kekurangan.
“Awalnya saya enggak mau, takut ngedenger cerita orang-orang. TKI itu disiksa segala macem, pokoknya waktu itu saya enggak mau,” tukasnya. Lantas kenapa kok jadi mau?
Nengsih pun berdalih tidak bisa menolak bujukan suami karena mulai kebingungan melihat suami yang tidak punya penghasilan karena pengangguran. Kondisi diperparah dengan perilaku Tole yang mulai ogah-ogahan di rumah. Kerjaannya hanya tidur-tiduran. Situasi itu pun memicu keretakan rumah tangga mereka.
Tole tidak hentinya membujuk Nengsih agar dapat menuruti kemauannya menjadi TKW. Merasa terdesak oleh keinginan suami, Nengsih akhirnya luluh juga dan bersedia bekerja di luar negeri. “Ya habis mau bagaimana lagi. Saya enggak tega lihat anak kelaparan,” curhatnya. Iya sih paham, Mbak. Tapi, bukan tugas wanita mencari nafkah, harusnya suami tuh.
Singkat cerita, Nengsih pun berangkat menjadi TKW ke Arab Saudi. Sejak bekerja, Nengsih rutin setiap bulan mengirim uang hasil kerja kerasnya menjadi pembantu rumah tangga di negeri minyak tersebut. Sesekali Nengsih menelepon Tole dan anaknya untuk sekadar melepas rasa kangen. Hingga satu waktu, Nengsih mulai jarang menelepon, tetapi tetap mengirim uang untuk Tole dan anak-anaknya. Awalnya Tole biasa saja jarang mendapat kabar dari sang istri. Karena istri masih mengirimkan uang gajian, tandanya masih peduli.
Tetapi, lama-lama Tole mulai gerah dan merasa kesepian. Sampai akhirnya Tole mencari pelarian. Tole pun kecantol wanita tetangga desa, sebut saja Nuning. Hampir setiap malam ia berkunjung ke rumah wanita pujaan hatinya itu. Mulai dari pergi jalan berdua hingga berbelanja. Sampai akhirnya tanpa sepengetahuan Nengsih, Tole dan wanita selingkuhannya memutuskan untuk menikah.
“Saya kaget pas pulang dari luar negeri. Kok anak sudah tidak sekolah, Mas Tole ke mana ya,” tanyanya.
Ternyata selama Nengsih menjadi TKW, Tole menelantarkan anaknya karena asyik menikmati hidup bersama istri barunya. Kondisi itu sampai diketahui saudara dan tetangga. Astaga. Sampai akhirnya Tole yang sedang asyik bersama istri barunya kepergok Nengsih yang baru pulang dari negara Timur Tengah. Tentu saja, Nengsih tidak diam. Dia ngamuk-ngamuk membabi buta terhadap Tole yang tega mengkhianatinya di saat dia berjuang demi keluarga.
“Saya enggak kuat lihat kelakuan suami. Capek-capek kerja di negeri orang, pas pulang ternyata semuanya kacau kayak begini,” kesalnya. Bukan kacau lagi Mbak, tapi semrawut itu namanya.
Padahal, Nengsih selama di luar negeri sangat menaruh kepercayaan akan kesetiaan suami. Tak banyak kompromi, Nengsih pun menuntut Tole mengembalikan semua uang yang pernah diberikannya selama lima tahun bekerja sebagai TKW. Namun, apa daya, uang gaji yang rutin dikirim kepada Tole ludes untuk berfoya-foya tak bersisa.
Kesal karena Tole tak mampu mengembalikan uangnya, Nengsih melaporkan kelakuan bejat suami kepada orangtua. Situasi pun semakin tak terkendali. “Saya sudah terlanjur sakit hati. Enggak nyangka dia setega itu. Pokoknya saya enggak bisa maafin dia,” tegas Nengsih bernada emosi.
Akhirnya, Nengsih dan Tole bercerai. Nengsih kini sibuk mencari nafkah dengan membeli sawah dan membayar orang untuk menggarapnya. Sedangkan Tole melanjutkan kisah kasihnya dengan perempuan yang baru dinikahinya. (mg06/zai/ira)