Esih (45), mungkin termasuk sosok perempuan idaman semua pria. Bagaimana tidak, ia mau mempertahankan rumah tangganya selama sepuluh tahun bersama suami, sebut saja Tole (46) yang usahanya bangkrut dan jatuh sakit. Meski sudah mendapat tawaran untuk menikah lagi, tetapi Esih memilih setia bersama suami. Subhanallah.
Pasangan Tole dan Esih dulunya hidupnya berkemampuan. Tole menjalankan profesi sebagai penjual beras di Pasar Kranggot, Cilegon sebelum akhirnya Tole jatuh sakit tiga tahun kemudian hingga usahanya bangkrut. Ditemui Radar Banten di Kecamatan Cibeber, Cilegon, Esih siang itu terlihat sedang sibuk memotong daging kurban bersama keluarga di pekarangan rumah. Sambil nimbrung ikut mengobrol, Esih bercerita soal suka duka dalam membangun mahligai rumah tangganya.
Esih mengaku awal bertemu dengan Tole di Pasar Kranggot. Saat itu Esih membeli beras di kios milik Tole. Esih yang memesan beras dalam jumlah banyak untuk keperluan hajatan saudara, meminta nomor telepon Tole. Sejak itu, keduanya intens berkomunikasi. Esih mengaku langsung terpana melihat Tole sejak pandangan pertama. Maklum, Tole selain bertubuh tinggi tegap, wajahnya juga lumayan ganteng, penampilannya juga modis tak seperti tampilan pedagang beras kebanyakan. Belum lagi gayanya yang berkharisma dengan gaya rambut yang selalu terlihat rapi. Lain dengan Esih yang selalu berpenampilan sederhana, tapi tetap modis. Wajah Esih juga aslinya lumayan cantik.
Sebulan keduanya menjalani masa pendekatan, Tole langsung menyampaikan perasaannya terhadap Esih. Sama-sama saling suka, keduanya memutuskan untuk pacaran. Sejak itu, Tole sering apel ke rumah Esih. Setahun pacaran, Tole nekat melamar Esih meski dengan modal pas-pasan hasil berdagang beras. Awalnya sempat mendapat penolakan dari pihak keluarga wanita, sampai akhirnya Esih mampu meyakinkan keluarganya kalau dia sudah mantap dengan sosok Tole untuk menjadi pendamping hidupnya.
Singkat cerita, mereka menikah. Resepsi pernikahan lumayan lancar meski selama prosesi ayah Esih terlihat murung karena tidak terlalu merestui. Benar saja, Esih tidak salah pilih. Selama berumah tangga, Tole menjadi suami yang baik dan perhatian, serta memperlakukan Esih dengan penuh kelembutan dan keharmonisan di rumah. “Apalagi pas malam pertama, wah indah rasanya,” kenang Esih. Eaaaa.
Mengawali rumah tangga, mereka tinggal di rumah orangtua Esih. Saat itu, memang Tole tidak banyak berinteraksi dengan keluarga Esih karena setiap pagi sampai sore berdagang di pasar. Waktu malam juga dihabiskan untuk mengajar mengaji anak-anak kampung di rumah tetangga. “Maklum, Tole jebolan pesantren,” pujinya. Luar biasa Mas Tole ya.
Setahun kemudian, keduanya dikaruniai anak pertama yang membuat rumah tangga mereka semakin harmonis, Tole semakin semangat bekerja hingga usahanya maju pesat. Banyak pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan dan kesopanan Tole. Sampai akhirnya, mereka mampu membangun rumah sendiri. Kerja keras Tole tidak diragukan, orangnya juga merendah, tidak sombong. Meski sudah mempunyai pekerja di kios berasnya, Tole tak sungkan mengangkat karung beras sendiri. Suatu hari, Tole jatuh saat menggotong beras. “Ada tulang punggungnya yang patah,” ujar Esih meringis.
Sejak kejadian itu, Tole tidak bisa meneruskan usahanya karena harus istirahat total. Sampai akhirnya, usahanya bangkrut hingga kiosnya dijual. Tole mulai mengganggur dan banyak menghabiskan waktu di rumah. “Uangnya juga habis buat biaya rumah sakit dia,” aku Esih. Yang sabar ya Mbak.
Menyadari Esih yang sedang kesulitan, ia ditawari orangtuanya agar menikah lagi dengan lelaki mapan, anak teman ayahnya. Mendengar itu, Esih tentu kaget dan tak percaya. Sampai ia nangis dan menolak kemauan ayahnya. “Ya saya enggak mau. Orang suami lagi sakit, masa ditinggalin,” ucapnya. Luar biasa ya Mbak nih.
Saat ini, Esih kembali merintis usaha rumah makan di depan rumah. Rumah tangga mereka sampai saat ini tetap harmonis. “Perlahan orangtua saya juga mulai membuka diri dan menerima Tole apa adanya kok,” akunya. Semoga langgeng ya Mbak. (mg06/zai/ags)