SERANG – UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten bakal mendirikan rumah moderasi. Rencana ini sebagai salah satu implementasi dari rapat kerja nasional Kementerian Agama di Jakarta pada pekan lalu. Rumah moderasi beragama untuk menampung segala permasalahan dan aspirasi dari masyarakat.
Hal ini diungkapkan Rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Prof Fauzul Iman pada acara pembinaan pegawai UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten bertema Moderasi Beragama di aula rektorat, Kamis (6/2), dikutip dari siaran pers.
Fauzul mengungkapkan, moderasi beragama merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Radikalisme, ujaran kebencian, ekstremisme hingga retaknya hubungan antarumat beragama, kata Fauzul, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Adanya program pengarusutamaan moderasi beragama ini dinilai penting terutama dalam lembaga pendidikan. “Oleh karena itu, setiap tindakan kita seharusnya berpegang teguh pada Alquran dan Hadis agar tidak bertindak radikal,” kata Fauzul.
Menurutnya, bayak hal yang menyebabkan orang mudah terpapar paham radikal, salah satunya akidah. Dalam pemahaman orang itu, setiap negara yang tidak memakai hukum Allah SWT adalah negara kafir dan setiap yang tinggal di negara kafir adalah kafir.
“Oleh karena itu, kita yang fokus dalam pendidikan harus bisa meluruskan paham-paham seperti ini, salah satunya dengan mendirikan lembaga yang menaungi hal seperti ini. Kementerian Agama dalam rapat kerja nasional beberapa waktu lalu berpesan agar di kampus segera didirikan rumah moderasi untuk menampung segala permasalahan dan aspirasi dari segala tempat,” ungkap Fauzul.
Dia menambahkan, jika UIN Banten akan mendirikan rumah moderasi maka peresmiannya dapat dilakukan bersamaan dengan peresmian kampus dua di Curug, Kota Seran.
Guru besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azra yang menjadi salah satu narasumber pada pembinaan pegawaian mengatakan, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) merupakan sistem pendidikan tinggi terbesar di dunia, baik dunia muslim maupun lainnya. PTKIN mengintegrasikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ayat Quraniyah dengan ayat kauniyah.
Menurut Azyumardi, PTKIN dalam pengembangkan moderasi beragama harus lebih aktif dalam beberapa hal penting, seperti penguatan dasar, paham dan ideologi kebangsaan untuk guru, dosen hingga mahasiswa hingga mendekatkan cita ideal kebangsaan. Seperti terpatri dalam empat prinsip bangsa Indonesia dengan realitas kehidupan warga sehari-hari.
Untuk penguatan keislaman, PTKIN perlu bekerja sama dengan ormas Islam wasathiyah yang bergerak untuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang dakwah, pendidikan, kesehatan, penyantunan sosial, dan ekonomi.
“PTKIN bersama ormas Islam wasathiyah berperan besar dalam menumbuhkan civic culture dan civility yang penting untuk penguatan demokrasi dan pemcegahan ekstremisme dan radikalisme,” ungkapnya. (aas)