Sempat Takut, Bertekad Kuat untuk Sehat
“Terimakasih kepada suami yang rela menguras kantongnya untuk tidur di hotel selama 14 hari, serta dukungan moril dan materil, terimakasih pada keluarga besar.”
FAUZAN DARDIRI – Serang
Setelah 14 hari menjalani isolasi mandiri tak membuat Farhah Syibli menyerah dan putus asa. Farhah pada Selasa 22 September 2020 dinyatakan positif Covid-19. Jabatannya sebagai Koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) Kota Serang tentu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan.
Gaung Covid-19 memang menakutkan. Bahkan seantero dunia dibuat kalang kabut. Tak terkecuali di Kota Serang, Provinsi Banten. Pemkot Serang gencar mensosialisasikan bahaya virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok itu. Mulai dari penyemprotan cairan disinfektan ke berbagai pelosok rumah-rumah hingga kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Semenjak dinyatakan positif Covid-19, istri Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Serang Yoyo Wicahyono itu menjalani isolasi mandiri. Bahkan, ia harus berpisah selama 14 hari dengan suami tercintanya. “Terimakasih kepada suami yang rela menguras kantongnya untuk tidur di hotel selama 14 hari, serta dukungan moril dan materil, terimakasih pada keluarga besar,” ujar Farhah saat berbincang dengan Radar Banten, (20/10).
Perjalanan sebagai pasien terdampak Covid-19 menjadi pengalaman tersendiri. Penerapan protokol kesehatan seperti membawa hand sanitizer, mencuci tangan tetap menjadi perhatian di tengah kesibukannya menjadi penggiat sosial. Termasuk kegiatannya memiliki resiko terpapar itu sangat tinggi. “Khawatir atas kesehatan diri? Ya. Takut? Pasti! Waspada? Harus,” kata Farhah.
Semua perilaku hidup sehat tak tentu pula terlepas dari serangan Covid-19. Terkadang, tiap orang merasa sudah cukup atas apa yang sudah dilakukan. Merasa kuat, imunnya bagus, sehat, makan dan tidurnya cukup, tapi lupa saat tubuh merasa lelah dan meminta haknya tapi malah tetap bekerja. “Disitulah kita tidak tahu kapan, di mana, darimana melalui apa, siapa virus memasuki tubuh yang sedang lelah dan lengah,” katanya.
Saat itulah, Covid-19 masuk, di mana badan mulai terasa panas dan sangat tidak nyaman, tidak bisa tidur karena tulang belulang terasa sakit luar biasa. Persendian terasa ngilu. Sudut mata kiri sedikit terganggu, seperti gatal dan seperti ada sesuatu yang mengganjal sehingga tangan saya sering menyentuh bagian mata kiri tanpa sadar. “Apa yang saya lakukan? Saya tetap tenang fokus pada pengendalian diri untuk tidak panik, tetap berfikir positif lalu minum obat penurun panas dan memaksa diri untuk istirahat meski tubuh menolak karena perasaan yang tidak nyaman,” jelas Farhah.
Tiga malam berturut turut dirinya mengalami perasaan tidak nyaman dalam tubuh, panas dan sedikit batuk tidak berdahak. Tapi tetap beraktivitas. Tanpa disadari beberapa hari setelah demam kehilangan indera penciuman yang menjadi gejala khas Covid-19. “Dengan kesadaran penuh pada 18 September 2020. Selasa sore 22 September 2020 dihubungi pihak RS dikabarkan bahwa hasil swab saya positif Covid-19,” katanya.
“Setelah berkomunikasi dengan dokter, di ujung telpon, dokter bilang, baik kalau begitu Ibu Isolasi Mandiri saja di rumah selama 14 hari, istirahat yang cukup banyak konsumsi vitamin, jaga pola makan dan jangan lupa bahagia,” tambah Farhah.
Tak berhenti di situ, sejak divonis positif Covid-19 dirinya ramai-ramai dihubungi beberapa rekan sejawat, teman, sahabat, dan beberapa orang lainnya yang menanyakan tentang kabar di media cetak dan elektronik sambil menunjukan screen beritanya melalui pesan WhatsApp. “Saya menerima dengan segenap hati, dan akan saya lawan (virus Covid-19), saya bertekad saya kuat, saya bisa, saya sehat!,” katanya.
“Covid-19 benar adanya. Saya melewati fase virus masuk ke dalam sel tubuh saya atau masa Inkubasi dengan gejala hilangnya penciuman selama hampir dua minggu lamanya,” tambah Farhah.
Selama 14 hari menjalani isolasi mandiri, meningkatkan imunitas dengan olahraga kecil, konsumsi multi vitamin, memperbanyak asupan gizi, bercengkrama dengan matahari, tetap bekerja, saya produktif, berfikir sehat, menikmati komunikasi jarak jauh dengan keluarga. “Empat belas hari sudah berlalu, dan saya sudah melakukan test swab kedua dan hasilnya sangat menggembirakan hasil PCR saya dinyatakan negatif,” katanya.
“Alhamdulillah puji syukur pada Allah SWT yang telah memberi ruang dan waktu untuk saya survive dan berjuang melawan Covid-19,” tambah Farhah.
Ada beberapa pelajaran yang diperolehnya saat menjadi pasien Covid-19, di mana dalam kondisi tersebut semua orang penting berbagi, aware, dan terbuka kepada pada diri, keluarga, teman dan lingkungan. “Selama empat belas hari saya mendapatkan banyak kiriman buah, sayur, daging, makanan, vitamin, jamu dan obat obatan lainnya dari banyak orang yang tidak bisa saya sebutkan Namanya. Terimakasih semuanya, terimakasih atas cinta yang diberikan,” katanya. (*)