TANGSEL, RADARBANTEN.CO.ID – Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bersama dua kampus dari Australia, Murdoch University dan Curtin University, tengah merumuskan penanganan perubahan iklim di Indonesia.
Menurut Director of Research Center for Energy Conversion and Conservation, Dr Cuk Supriyadi, BRIN bersama Murdoch University dan Curtin University melakukan kerja sama riset mempelajari perubahan iklim yang terjadi di Indonesia, khususnya wilayah perkotaan, dimana dampak perubahan iklim mengakibatkan bencana alam.
Tata mengatakan, kerja sama riset ini telah terjalin hampir satu tahun, dimana antara BRIN dan dua kampus di Australia ini terus melakukan kajian ilmiah dan terus memantau perubahan iklim yang terjadi di perkotaan Indonesia, kemudian berusaha mencari sumber persoalan dan mencari solusi dalam penanganannya.
“Kami mengembangkan data monitoring iklim yang kemudian kita diskusikan dengan teman-teman Murdoch University dan Curtin University. Kita buat dan taruh sebagai media pengukur. Kita juga mengulik data dari Pemerintah Kota sampai Pemerintah Provinsi dan kita elaborasikan dengan data dari negara tetangga,” ungkap Tata saat diskusi di Gedung 620 KST BJ. Habibie, BRIN, Tangsel, Selasa, 13 Februari 2024.
Tata mengatakan, upaya bersama dalam melakukan riset perubahan iklim ini pada ujungnya akan dijadikan acuan menangani perubahan iklim secara bersama, baik dilakukan Pemerintah, BRIN, dan masyarakat.
“Kita berharap nanti akan menjadi semacam clamet action plan buat kita. Yang lebih sesuai tentunya. Mungkin nanti akan spesifik ke Kota Jakarta dulu, mungkin setiap Kota akan beda-beda secara implementasi detailnya,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Dr Ashraf Dewan dari Curtin University Australia mengatakan, perubahan Iklim atau climate change adalah isu global yang menjadi tantangan bagi kehidupan manusia di dunia.
Menurut Dr Ashraf, alam telah memberi segalanya untuk manusia, akan tetapi ketika manusia mengambil lebih, maka ada konsekuensi ketidakseimbangan alam yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim yang menjadi berita buruk saat ini.
“Kita telah membuat kerusakan yang signifikan pada planet kita. Apa yang ingin kamu lakukan? Kami ingin memperbaikinya, kami tidak dapat kembali lagi, tapi kami harus menerima semacam kerusakan, tetapi kami ingin mengatakan bahwa kami tidak ingin menerima lebih banyak kerusakan lagi,” tandasnya. (*)
Editor: Agus Priwandono