SERANG,RADARBANTEN.CO.ID – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat selama Januari hingga November 2024 ada sebanyak 17.321 kasus baru diabetes militus. Hal tersebut dipicu pola makan yang buruk dan kurangnya olahraga.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan atau Dinkes Kabupaten Serang, Istianah Hariyanti mengatakan, berdasarkan hasil screening yang dilakukan, ada sebanyak 17.321 kasus diabetes baru yang ditemukan oleh di tahun 2024. Paling banyak kasus ditemukan di Kecamatan Cikande.
“Kecamatan Cikande ada sebanyak 1.230 kasus, lalu Kecamatan Kramatwatu 1.116 kasus lalu Kecamatan Cikeusal 888 kasus,” katanya, Sabtu 28 Desember 2024.
Istianah mengaku tren kasus diabetes militus pada anak muda setiap tahunnya meningkat. Bahkan pihaknya menemukan kasus-kasus pada anak-anak di usia muda mulai dari usia 15 tahun.
“Trennya semakin kesini semakin meningkat dan usianya yang terkena di usia muda. Dulu rata-rata yang terkena di usia 50 tahun, tapi sekarang banyak yang usia muda,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak muda yang menderita diabetes, rata-rata mereka memang banyak mengkonsumsi minuman-minuman yang manis.
“Kemarin yang kita skrining, ia usia 20 tahunan namun kadar gula darah sudah 400. Setelah diperiksa, dia ternyata kecanduan minuman-minuman manis,” ujarnya.
Istianah mengatakan, ada beragam dampak yang diakibatkan oleh kasus diabetes karena bisa menyebabkan komplikasi berbagai macam penyakit. “Makanya diabetes disebut dengan ibunya penyakit, karena bisa menyebabkan komplikasi penyakit-penyakit yang lain,” ujarnya.
Ia mengatakan, orang-orang yang orang tuanya menderita diabetes memiliki resiko enam kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya tidak mengalami diabetes. Namun demikian, semua orang dengan berbagai kelompok usia bisa terkena penyakit diabetes.
“Tapi memang orang yang keturunan diabetes juga bisa tidak terkena diabetes selama dia menjaga pola makan dan gaya hidup yang sehat. Banyak yang tidak terkena diabetes,” pungkasnya.
Editor: Abdul Rozak