KABUPATEN TANGERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Sekretaris Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tangerang, Aziz Patiwara, mengkritik kinerja Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan sampah dan koordinasi birokrasi di tingkat kecamatan.
Aziz mendesak Bupati Tangerang untuk segera mencopot Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang.
Sebab, Aziz menilai, pengelolaan sampah di daerah tersebut semakin amburadul, meski anggaran besar telah digelontorkan.
“Pada tahun 2024 lalu, DLHK telah membeli mesin 3R senilai Rp2,5 miliar yang hingga kini belum berfungsi. Tapi anehnya, di tahun 2025, mereka kembali membeli mesin serupa dengan nilai yang jauh lebih fantastis, yakni Rp9,1 miliar. Ini sangat mencurigakan dan menunjukkan ketidakseriusan dalam pengelolaan sampah,” tegas Aziz dalam pernyataan tertulisnya, Senin, 14 April 2025.
Selain itu, Aziz juga menyoroti aksi Bupati Tangerang yang turun langsung membersihkan kali di wilayah Teluknaga. Menurutnya, aksi tersebut justru memperlihatkan buruknya koordinasi pemerintahan daerah.
“Yang seharusnya turun membersihkan adalah camat dan kepala dinas, bukan bupati. Tugas bupati itu memberi instruksi dan mengawasi. Kalau bupati sampai turun tangan sendiri, berarti organisasi pemerintahan ini tidak berjalan,” ujarnya.
Aziz pun mendesak Bupati Tangerang untuk mencopot Camat Teluknaga yang dinilai tidak mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam menjaga kebersihan dan lingkungan di wilayahnya.
Menurut Aziz, ketidakteraturan ini membuktikan bahwa roda birokrasi di Kabupaten Tangerang sedang tidak sehat. Ia meminta agar Bupati bertindak tegas dan tidak hanya tampil secara simbolis di tengah persoalan yang menumpuk.
“Jangan cuma pencitraan, rakyat butuh perubahan nyata. Kalau bawahannya tidak mampu bekerja, ya harus dicopot. Jangan dibiarkan rusak sistem birokrasi hanya demi menjaga relasi politik,” pungkasnya.
Terkait hal tersebut, Kepala DLHK Kabupaten Tangerang, Fachrul Rozi belum bisa memberi tanggapan.
Pasalnya, dihubungi melalui telepon seluler wartawan ini belum menjawab.
Editor: Agus Priwandono