LEBAK, RADARBANTEN.CO.ID – Persilebak Kabupaten Lebak dan Persira Rangkasbitungnkini hanya tinggal nama.
Padahal, dua klub sepak bola asal Lebak ini pernah berjaya di kancah nasional.
Kedua klub ini dulunya memiliki basis penggemar yang kuat dan prestasi yang membanggakan. Namun, kini keduanya tidak lagi aktif dan hanya menjadi kenangan bagi masyarakat Lebak.
Persira Rangkasbitung yang berdiri pada tahun 1970-an, juga memiliki sejarah yang panjang dan pernah menjadi salah satu klub sepak bola terpopuler di Lebak.
Persira juga sempat bermain di Liga 3 Zona Banten, namun kini keikutsertaan Persira kembali hilang.
Persira yang memiliki julukan Maung Rangkas, bermarkas di Stadion Ona Rangkasbitung, saat ini berganti nama menjadi Stadion Uwes Qorni.
Klub ini memiliki basis penggemar yang kuat dan pernah menjuarai beberapa kompetisi sepak bola lokal.
Namun, kini Persira sudah tidak aktif. Persira hanya menjadi kenangan bagi masyarakat Lebak.
Persilebak juga bernasib sama.
Persilebak pernah menjadi salah satu klub sepak bola terkuat di Banten. Klub ini pernah menjuarai beberapa kompetisi sepak bola lokal.
Namun, setelah beberapa tahun tidak aktif, Persilebak hanya menjadi nama yang familiar bagi masyarakat Lebak.
Persilebak memiliki julukan Maung Halimun yang artinya harimau dari halimun atau Gunung Halimun Salak yang berada di Lebak.
Masyarakat Lebak hanya bisa mengenang kejayaan Persilebak dan Persira melalui cerita-cerita lama dan foto-foto lawas.
Kedua klub ini memang tidak lagi aktif, namun nama-nama mereka masih sangat familiar di kalangan masyarakat Lebak.
Dengan tidak aktifnya Persilebak dan Persira, masyarakat Lebak kini hanya bisa menyaksikan klub-klub sepak bola lain yang lebih muda dan lebih aktif.
Namun, harapan masih ada bahwa suatu hari nanti, Persilebak dan Persira bisa bangkit kembali dan mengharumkan nama Lebak di kancah sepak bola Indonesia.
Saat ini, Lebak masih memiliki satu klub aktif sepak bola, yakni Nathan Lebak, yang bermain di Liga 4 Banten.
Beberapa waktu lalu, Nathan Lebak menjadi juara 3 Liga 4 Banten.
Editor: Agus Priwandono