Goni (34) nama samaran tak habis pikir dengan sikap istrinya, sebut saja Sari (34) yang tak pernah mau berbaik-baik kepada ibu mertua. Hanya karena Goni lebih membela ibunya, Sari malah mendua dengan menjalin hubungan terlarang dengan lelaki di kampungnya. Wadaw.
Ditemui Radar Banten di depan toko waralaba di Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Minggu (18/7) siang, Goni terlihat duduk melamun sambil memainkan ponsel. Namun saat diajak ngobrol, ia bercerita banyak tentang masa lalunya.
Rumah tangga yang sudah dibangun delapan tahun lamanya hancur berantakan. Perselingkuhan yang terjadi enam tahun lalu itu membuat Goni sadar kalau Sari bukanlah wanita yang tepat untuk menjadi pendampingnya di masa tua.
Diceritakan Goni, awal mengenal Sari bermula saat acara reunian teman seangkatan semasa SMA di sekolah. Waktu itu Sari ialah kekasih salah satu temannya. Meski tahu kalau Sari sudah ada yang punya, tapi Goni tak bisa membohongi diri kalau ia tertarik dengan Sari.
Tapi, karena Sari pacaran dengan temannya sendiri, Goni tak berani macam-macam. Sampai akhirnya hubungan Sari dan temannya itu berakhir, barulah Goni tancap gas mendekat. Mulai dari mengirim pesan singkat penuh perhatian, sampai rela mengirim pulsa. Namun pengorbanaannya tak sia-sia. Sebulan kemudian Sari tak menolak saat diajak makan bakso berdua. Waktu itu juga Goni menyatakan cinta dan diterima. ” Wah pokoknya saya bahagia banget, enggak peduli dia bekas pacar teman atau bukan, yang penting jadian,” katanya.
Tapi sayangnya hubungan mereka tak direstui orangtua Goni, terlebih ibunya karena pernah berkonflik dengan keluarga Sari karena masalah jual beli tanah. Tapi Goni dan Sari tak mau menyerah, mereka tetap pacaran dan sepakat menuju hubungan serius. Apalagi Goni yang sudah bekerja di pabrik. Merasa punya penghasilan cukup, ia melamar Sari. “Waktu lamaran juga saya datang ke rumah dia sama bapak doang, yang lainnya enggak mau nganter,” akunya.
Goni dan ayahnya disambut baik keluarga Sari. Mereka semua sudah melupakan masa lalu yang pernah berkonflik. Sampai akhirnya pernikahan berlangsung tiga bulan kemudian. Sari dan Goni resmi menjadi sepasang suami istri.
Memgawali rumah tangga, Goni mengajak Sari tinggal di rumahnya bersama keluarga. Tapi ternyata, perlakuan ibu Goni terhadap Sari tak seperti yang diharapkan. Bersikap cuek dan jutek, ibunya membuat Sari emosi. Baru seminggu tinggal bersama, Sari memaksa pulang ke rumah keluarganya.
Sejak itu Goni sering bolak-balik pulang ke rumah menemui ibunya dan ke rumah mertua menemui istri. Setahun kemudian mereka dikaruniai anak. Meski begitu, hubungan Sari dan ibu mertua tak berubah. “Saya dibikin pusing tujuh keliling. Setiap pulang kerja pasti ibu sama istri minta sayang pulang ke rumah mereka,” keluhnya.
Lima tahun kemudian Goni membangun rumah setelah punya anak dua. Bukannya bahagia, tapi malah menderita karena sikap Sari yang mulai berubah. Kalau waktu awal menikah ia masih bisa menjaga amarah saat ibu mertua cuek, waktu itu Sari mulai berani marah-marah dan melawan. Karena itu tak jarang keributan sering terjadi. Goni pun lebih membela ibunya dan membuat Sari semakin murka.
Sejak itu sikap Sari juga mulai berjarak dengan Goni. Namun Goni mencoba bersikap sewajarnya dan menganggap hubungan mereka baik-baik saja. Terlebih saat ibunya sering sakit-sakitan, perhatian Goni lebih banyak tersalurkan untuk ibu dibandingkan kepada Sari.
Tapi, ternyata Sari menjalin hubungan dengan lelaki lain di kampungnya. Waktu itu Goni tak mengetahuinya. Sampai suatu hari Sari meminta cerai, Goni marah dan menanyakan alasan. Saat itulah Sari mengaku kalau ia sudah punya calon suami baru yang siap menikahi. “Emosi banget saya. Ya sudah daripada dipertahanin, mending pisah,” katanya.
Tiga bulan setelah perceraian Sari pun menikah lagi. Sedangkan Goni sampai sekarang masih sendiri dan fokus pada usaha gorengannya. “Walaupun duda, sekarang hidup saya lebih bahagia dan tenang,” katanya.(drp/alt)