Awalnya, Tina (30) bersyukur memiliki suami seperti Didi (35). Sang suami terlihat setia dan tidak pernah tergoda wanita-wanita cantik. Para tamu yang datang ke rumah pun tidak pernah sekali pun seorang perempuan. Sayang hal itu bukan karena Didi setia, melainkan Didi memang tidak suka perempuan. Lho…?
Didi suka dengan sesama jenis, ia lebih tertarik lirik-lirik mata jika cowok yang melintas di depannya. Namun Didi ahli menutupi ketidaklazimannya itu, karenanya Tina tidak pernah tahu tentang penyimpangan orientasi seksual suaminya.
Sampai akhirnya Didi mendatangi Pengadilan Agama untuk melayangkan cerai talak. Didi memutuskan untuk mencerai Tina setelah pasangan ini menjalani mahligai rumah tangga selama delapan tahun.
Pada formulir pengajuan cerai talak, Didi menuliskan jika pernikahannya tidak bisa dipertahankan karena pasangan ini tidak lagi harmonis. Pengakuan Didi, ketidakharmonisan dirinya dengan Tina karena perbedaan prinsip sehingga sering memicu pertengkaran.
Namun Tina membantah jika dirinya sering bertengkar dengan Didi. Bahkan katanya, pertengakan antaran Tina dan Didi tidak pernah terjadi selama enam tahun berumah tangga. “Bohong, kami tidak pernah bertengkar. Mas Didi dan saya tidak pernah terlibat pertikaian apa-apa. Kalau pun ada perbedaan, kami selalu bisa menyelesaikannya dengan cara diskusi,” jelasnya.
Pertengkaran sendiri, kata Tina, terjadi hanya satu kali. Itu pun ketika Didi menyatakan ingin bercerai lantaran dirinya lebih senang dengan laki-laki. “Satu-satunya pertengkaran terjadi, ketika Mas Didi minta cerai. Saya tidak terima kalau Mas Didi ingin pisah karena lebih senang laki-laki,” katanya.
Owww, para ibu ternyata harus waspada ya. Jika suami jarang lirik perempuan cantik, jangan langsung mengira karena sang suami orang setia. Seperti halnya Didi, dia memang tidak pernah berselingkuh dengan perempuan. Namun pada mediasi, terkuak jika Didi telah berulang kali berselingkuh dengan lelaki. “Mas Didi ngaku sering selingkuh dengan teman lelakinya di tempat kerja. Beberapa di antaranya pernah diajak ke rumah. Biasanya itu dilakukan agar pacarnya cemburu dan lebih cinta lagi ke Mas Didi,” aku Tina.
Tina tidak pernah menyangka jika Didi adalah pengikut aliran Lesbi Gay Biseksual dan Transgender (LGBT). Sebab dari perawakan, Didi ini jantan habis. Ia tinggi putih dan dadanya berbulu berotot. Cara bicaranya sopan namun tidak lemah gemulai.
Sebagai seorang manajer di perusahaan tempat dia bekerja, penampilan dan gaya bicara Didi intelek. Setiap persoalan yang muncul di kantor ia selesaikan secara baik dengan pola diskusi. Begitu pula untuk memecahkan persoalan di rumah. Didi lebih banyak mengajak Tina berdiskusi untuk menyelesaikan perbedaan sudut pandang di antara keduanya.
Hanya saja, memang ada satu persoalan yang sempat mengganjal pikiran Tina. Didi memiliki kesulitan untuk ereksi setiap kali tidur bareng sang istri. Gara-gara itu, Didi dan Tina jarang berhubungan suami istri. Setiap bulannya, nafkah batin yang diberikan Didi bisa dihitung dengan jari.
Lalu pada pertengahan 2015 lalu, aliran LGBT berkumandang seantero Indonesia. Mereka menuntut pengakuan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Merasa disorientasi seksualnya sedang diperjuangkan, Didi mulai percaya diri untuk mengaku jika dirinya seorang homoseksual.
Awalnya, dia tidak mengikrarkan persoalan homo ini di depan istrinya. Namun di belakang Tina, Didi salah satu pria yang bergerak dalam sosialisasi LGBT melalui media sosial.
Setelah empat bulan menyosialisikan LGBT, barulah Didi membuka disorientasinya kepada Tina. Jelas sang istri menjadi terpukul dan kaget.
Tina tidak terima jika suami yang selama ini ia kagumi adalah seorang homo. Karenanya, Tina merespons keras pernyataan itu dan meminta sang suami berusaha berubah. “Saya bilang, Mas Didi ke psikiater saja. Homo itu disorientasi seksual, makanya harus diobati,” tuturnya.
Hanya saja, Didi menolak untuk diobati. Ini membuat Tina kesal sehingga terjadi pertengkaran hebat. “Itu pertama kalinya kami bertengkar. Setelah itu saya kesal dan keluar dari rumah,” jelas Tina.
Tina pulang ke rumah orang tuanya. Setelah pergi, sempat ada harapan bahwa Didi datang. Namun harapan Tina terlalu besar. Sebab Didi tidak datang ke rumah mertuanya, melainkan datang ke Pengadilan Agama untuk melakukan cerai talak. “Saya kaget waktu ada undangan dari pengadilan agama. Setelah datang, ternyata Mas Didi benar-benar ingin cerai. Kalau itu memang keinginannya, ya sudah kami cerai saja,” katanya. (RB/quy/zee)