Komitmen Selingkuh
Menjalani hubungan rumah tangga kadang cukup rumit. Biasanya pasangan seperti ini harus menetapkan sebuah kesepakatan, semacam aturan main agar rumah tangga mereka tetap utuh. Namun kesepakatan pasangan Mirnah (34) dan Ujey (37), keduanya nama samaran, agak tidak lazim. Kedua orang ini sepakat untuk saling selingkuh, salam rangka menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Lah kok bisa?
Munculnya kesepakatan ini terdorong oleh kondisi dan situasi. Ini karena lokasi aktivitas sehari-hari Mirnah dan Ujey berjauhan, alias beda kota. Konsepnya, masing-masing dari mereka diperbolehkan untuk selingkuh. Syaratnya, tidak boleh ada kebohongan sedikit pun dan perselingkuhan mereka tidak sampai melewati batas. “Intinya, selingkuh boleh asal jangan sampai ada hubungan badan,” kata Mirnah.
Menurut Mirnah, potensi perselingkuhan untuk pasangan suami istri hubungan jarak jauh, cukup tinggi. Karenanya, kesepakatan yang dibuatnya dengan Ujey dinilai adil dan tepat. “Daripada selingkuh sembunyi-sembunyi, lebih baik terang-terangan. Asalkan perselingkuhannya tidak kelewatan, tidak boleh seperti suami istri lagi,” jelasnya.
Namun Mirnah mengaku menolak konsep poligami. Sebab poligami menurut Mirnah hanya menguntungkan kaum lelaki. “Untung suami dong kalau gitu, dia bisa punya dua sementara saya enggak boleh. Lagian kalau sampai seserius itu, saya juga pasti sakit hati. Makanya lebih baik selingkuh saja dan harus tahu sama tahu,” ujarnya.
Kata Mirnah, pola hubungan yang ia jalani dengan Ujey telah berlangsung cukup lama. Perselingkuhan secara tahu sama tahu ini telah terjalin sejak kuliah. “Kami sudah terbiasa, makanya setelah menikah pun jadinya tidak ada masalah,” terang Mirnah.
Sejatinya, pasangan ini telah menjalin cinta sejak SMA. Meskipun bukan satu sekolah, namun mereka serius selama berpacaran. Saat memasuki masa kuliah, mereka terpaksa menjalih hubungan jarak jauh. Ini karena universitas pilihan mereka berada di daerah berbeda. “Saya di Bandung, Ujey di Jakarta,” tutur Mirnah.
Nah, selama berpacaran jarak jauh, sejumlah persoalan mendatangi mereka. Paling besar adalah rasa suntuk lantaran sulitnya mereka untuk bertemu. Sampai pada suatu hari, Mirnah berselingkuh begitu pula Ujey. Namun ketika masing-masing dari mereka tahu akan perselingkuhan yang terjadi, baik Mirnah dan Ujey tidak mau berpisah. “Kami sempat putus berkali-kali, tapi setelah putus ujung-ujungnya balikan lagi. Dari situ kami sadar, jika perasaan kami satu sama lain terlalu kuat. Persoalannya hanya jarak yang membuat kami jadi suntuk,” jelasnya.
Setelah melalui beberapa pembicaraan serius, akhirnya lahirlah kesepakatan tersebut. Pada hubungan mereka, selingkuh tidak diharamkan dengan syarat masing-masing mengakui akan perselingkuhan yang terjadi. “Jadi kalau saya mau mendekati atau didekati pria, saya bilang dulu ke Ujey. Begitu pula ketika kami mulai berpacaran hingga putus dengan si selingkuhan,” katanya.
Hubungan seperti ini terjalin hingga mereka hidup berumah tangga. Sebagai pasangan yang sudah lama melegalkan perselingkuhan, hubungan seperti ini tidak mengganggu keharmonisan mereka.
Ternyata Berbeda
Namun yang tidak disadari oleh pasangan ini, aturan main berumah tangga jauh lebih ketat dibandingkan dengan hubungan pacaran. Sebab dalam kehidupan berumah tangga, aturan agama diberlakukan begitu pula aturan sosial.
Para tetangga sekitar mulai mempertanyakan tentang hobi Mirnah yang sering selingkuh. Warga heran melihat Mirnah sering jalan dengan sejumlah lelaki. Pada kasus ini, hanya Mirnah yang mendapat sorotan dari masyarakat. Sementara Ujey di luar pengawasan para tetangga karena bekerja di luar kota. “Mereka tidak tahu kalau saya dan Ujey ada kesepakatan seperti ini. Jadinya mereka menghakimi saya,” jelasnya.
Awalnya, Mirnah mencoba tidak menggubris pandangan para tetangga. Namun lama-kelamaan, Mirnah jadi risih lantaran ia telah dihakimi secara sosial oleh masyarakat setempat. “Saya di bilang tukang selingkuh, wanita murahan, dan sebagainya,” tuturnya.
Di sinilah titik awal keretakan rumah tangga terjadi. Ini bermula dari sejumlah tetangga yang melaporkan perselingkuhan Mirnah kepada Ujey. Mirnah menyangka, jika Ujey akan membelanya dan mengatakanperselingkuhan telah dilegalkan di antara mereka. Namun nyatanya, hal itu tidak dilakukan Ujey.
Di depan warga, Ujey berpura-pura kaget dan marah. Ia mengaku akan memberikan pelajaran kepada Mirnah untuk tidak berselingkuh dengannya. Hal ini membuat Mirnah tersinggung, sebab Ujey secara tidak langsung telah membuat muka Mirnah tercoreng. “Ujey seolah-olah mengatakan, hanya saya yang senang berselingkuh sementara dia tidak. Ini membuat hanya saya yang jelek di mata warga, sementara dia baik,” tuturnya.
Akting Ujey di depan para tetangga benar-benar melukai hati Mirnah. Pertengkaran hebat akhirnya terjadi. Mirnah meminta Ujey membuka tentang kesepakatan mereka kepada masyarakat. Namun Ujey menolak dengan alasan akan mecoreng nama baiknya yang telah dijaga selama ini.
Mendengar penjelasan Ujey, Mirnah mengaku kecewa. Dia angkat koper dan keluar dari rumah Ujey. Setelah tiga bulan pisah ranjang, Mirnah mendatangi Pengadilan Agama untuk mengajukan gugatan cerai. “Saya ini kecewa, Ujey tidak gentle. Dia mengorbankan nama baik saya, sementara dirinya sendiri munafik dan memasang muka topeng di depan tetangganya. Silakan saja dia begitu, tapi saya tidak mau lagi hidup dengannya,” kata Mirnah. (RB/quy/zee)