AWAL-awal pernikahan Ilah (35) dengan Oma (37), keduanya nama samaran, menjadi momen yang sangat membahagiakan. Keduanya sama-sama menikmati kehidupan barunya berumah tangga. Hubungan suami istri mereka pun penuh sensasi dan selalu berfantasi. Rasa menggebu-gebu dan saling percaya yang kerap ditunjukan keduanya itu, membuat mereka selalu menghabiskan waktu bersama, terlebih di atas ranjang. Tak salah jika mereka sempat dinobatkan sebagai pasangan paling romantis saat itu.
Tiga tahun berlalu setelah dikaruniai dua anak, semua berubah. Di tengah pergulatan mereka, tiba-tiba Ilah menangis. Air mata Ilah tak henti bercucuran seolah sedang meratapi kesedihan. Melihat reaksi Ilah itu, Oma hanya bisa termenung dan terdiam yang membuat konsentrasi keduanya langsung buyar.
“Saya menangis bukan sakit hati, justru malu dan takut tidak bisa memuaskan suami,” aku Ilah. Nah loh, kok bisa?
Diakui Ilah, biasanya setiap berhubungan suami istri, hasrat sang suami selalu menjulang tinggi. Namun, sejak malam itu, libido suami yang menggebu-gebu sudah tiada lagi. Bukan karena suami sudah tak sayang lagi atau adanya penyakit yang mendera Ilah, melainkan bobot Ilah yang kian hari kian bertambah. Sadar akan kondisi badan yang mulai tampak super gemuk seperti terkena penyakit obesitas, membuat Ilah semakin minder, bahkan terhadap suami sendiri. Sejak itu, Ilah tak pernah lagi mengajak berhubungan badan dengan Oma. Alasannya, khawatir suami merasa jijik ketika melihatnya tanpa busana. Ilah merasa tubuhnya sudah tidak seksi lagi, malah tampak bulat seperti sapi yang habis diperah. “Dengan suami enggak ada masalah, cuma saya tahu diri, malu,” ungkapnya.
Padahal semasa pacaran dan awal-awal pernikahan, Ilah yang bekerja di salah satu perusahaan swasta itu tampak cantik dan menarik. Bodinya yang ramping dan aduhai mendorongnya untuk selalu tampil percaya diri berpenampilan seksi. Penampilan itu lah yang membuat Oma kesengsem dibuatnya.
Entah karena keturunan atau memang Ilah yang doyan ngemil di manapun berada, membuat berat badannya terus bertambah. Bahkan, terbilang tak wajar karena lemak sampai menutupi seluruh bagian lekukan bodinya sehingga tubuh Ilah terlihat tanpa pinggang. “Saya juga enggak mengerti, kenapa bisa sampai gendut begini. Padahal, enggak ada turunan,” katanya. Kalau tidak ada turunan, berarti tanjakan bu. Hehehe.
Tak hanya itu, Ilah semakin kesal setelah menyadari kalau pahanya semakin bulat dan membesar yang berdampak penyempitan pada organ kewanitaanya. Lantaran itu, suami kerap kesulitan menjalankan aksinya. Masa-masa di ranjang saat memadu kasih yang seharusnya menyenangkan, berakhir dengan kata tidak puas. Yang ada, keduanya jadi suka saling menyalahkan. Sampai akhirnya Ilah sadar, jika kondisi badannya dibiarkan bisa mengancam keutuhan rumah tangganya.
“Pas saya gendut saja, kita jadi jarang berhubungan. Lagian, suami sudah enggak semangat lagi. Soalnya, puas enggak, capek iya,” keluhnya. Kalau capek, istirahat saja bu, nanti diteruskan.
Kondisi itu membuat Ilah kerap ogah-ogahan bepergian selain ke tempat kerja. Karena dengan badan Ilah yang terlampau sintal, membuatnya sulit bergerak dan menjadi gampang capek. Hal itulah yang membuat Oma, suaminya, semakin lama semakin ikut minder.
Sejak itu pula, Ilah merasa rumah tangganya kelam. Hatinya tersiksa karena kerap melihat suami merasa malu jika sedang berjalan dengannya di jalan. Makanya setiap bepergian, keduanya tak pernah berjalan sambil bergandengan, melainkan beriringan, Ilah di depan sementara Oma mengikutinya dari belakang. Astaga, sebegitunya.
“Kesal sih ada. Tapi saya tahu diri, sudah tidak bisa memberikan kepuasan kepada suami, malah bikin malu. Jadi, saya anggap wajar suami bersikap begitu, tak perlu dipermasalahkan,” terangnya. Oh mulianya hati ibu ini.
Berbagai cara sudah ditempuh Ilah, mulai dari olahraga teratur, seperti senam dan sebagainya. Hingga diet alami maupun mengonsumsi obat-obatan telah dilakukan. Tapi nyatanya, sia-sia. Pengorbanan yang dilakukan Ilah selama bertahun-tahun tidak ada hasilnya. Sampai akhirnya, Ilah menyerah dan pasrah dengan keadaannya.
Ilah yang mulai memahami kebutuhan biologis suami yang tak pernah tersalurkan, memaklumi sikap Oma yang suka uring-uringan di rumah, baik sebelum berangkat kerja maupun sehabis pulang kerja. Ketika ditelepon hanya menanyakan kabar. Oma suka marah tidak karuan. Pokoknya, perasaan cinta suami yang berstatus pegawai swasta di Serang itu terhadap Ilah yang tadinya begitu mendalam, kini mulai hilang ditelan badai dan topan.
Beruntung, Ilah juga menjalani karir tak jauh beda dengan suaminya, sehingga sedikit demi sedikit rasa kesalnya terlampiaskan. Semenjak tubuh Ilah berubah melar, Ilah kini banyak menghindar dan lebih memilih tidur di kamar anaknya. Karena, seranjang dengan Oma juga percuma. Sejak Ilah gendut, Oma sudah tak pernah lagi menyentuhnya. Apalagi, mandi bareng yang dulunya sering mereka lakukan. Namun, sikap Oma itu tak pernah sedikit pun dipandang negatif oleh Ilah yang menyadari dirinya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan biologis suami.
Situasi demikian, membuat Ilah berani bersikap di luar batas kewajaran. Ilah pun mengizinkan jika Oma ingin menikah lagi, termasuk ‘jajan’ di luar demi memenuhi hasratnya. Ow ow ow.
“Saya enggak mau jadi beban di rumah dan ingin Mas Oma bahagia. Yang terpenting, rumah tangga kita tetap bertahan. Saya lihat anak Mas. Soal Mas Oma berbuat apa saja di luar, saya sudah enggak mau tahu,” tegasnya. Oh so sweet.
Delapan tahun sudah usia pernikahan mereka berjalan, dengan alasan anak dan perasaan sayang terhadap suaminya, Ilah jadi tidak berpikir muluk dan menjalani hidup apa adanya. Suami sudah tidak betah di rumah juga sudah tak pernah diprotes Ilah. Bahkan, Ilah tak pernah menanyakan Oma kemana pun dia pergi.
“Hidup sekarang mengalir saja. Suami mau ngapain juga silakan, saya pasrah. Saya anggap ini ujian,” katanya. Sabar ya Bu. Ya salam. (Nizar S/Radar Banten)