MODAL wajah dan isi dompet pas-pasan tidak membuat Tohir (36), bukan nama sebenarnya, tampil rendah diri. Kepercayaan diri pria asli Serang ini terbilang cukup tinggi. Ketinggian malah. Sampai-sampai dia kerap nekat menyatakan hasratnya setiap melihat perempuan yang ia suka. Wedass, entah itu di tempat kerja atau pun di lingkungan rumahnya, pria bertubuh jangkung itu tak pernah merasa canggung, malu atau bahkan minder.
Padahal, semua upayanya mendapatkan hati seorang wanita untuk dijadikan pendamping hidup selalu gagal diraih. Nasib sial selalu menghampiri Tohir. Anak bungsu dari dua bersaudara ini terus-terus ditolak perempuan. Beruntung, Tohir orangnya tak pernah patah arang.
“Kalau gagal, ya terus saja coba-coba cari target lain, siapa tahu ada yang nyangkut,” ujarnya. Ada tuh cabe nyangkut di gigi Akang? Buat istri kok coba-coba.
Padahal, sifat bujang lapuk berkulit sawo matang ini tadinya tidak begitu. Perubahan perilaku Tohir setelah menyadari bahwa usianya sudah tidak muda lagi, sudah memasuki kepala tiga. Sementara, teman seumurannya, baik teman sekolah maupun kantor sudah seluruhnya menikah dan punya anak. Bahkan, ada yang sudah memiliki dua istri. Terlebih, Tohir memang tidak pernah merasakan namanya pacaran alias jomblo sejati.
Dipicu usianya yang terlalu mapan dan rasa iri, serta malu itulah, Tohir mulai mengikuti style rekan-rekannya di kantor yang selengean, bergaya sok playboy. Ini sepertinya menjadi cara jitu untuk menaklukan hati wanita.
“Dulu, saya enggak pernah dapat cewek, wajar. Saya kan orangnya pemalu. Lebih banyak menunggu yang kasih respons. Itu juga enggak mau nyatain duluan, grogi,” terangnya.
Sekarang lain cerita. Masalahnya, target Tohir kali ini bukan lagi sekadar mencari pacar, melainkan memilih pasangan hidup. Namun, lagi-lagi jurus selengean ala ABG oleh Tohir tidak mempan. Tak ada satu pun wanita yang melirik atau bahkan menjadi teman dekat Tohir. Hingga usianya menginjak 35, Tohir belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Ya nasib. Lantaran itu, Tohir oleh temannya, tetangga, dan bahkan keluarga kerap menjadi objek bahan ejekan.
“Ya, dibilang bujang lapuklah, jomblo abadilah. Bahkan, ada yang menyangka kalau saya itu enggak normal. LGBT gitu,” keluhnya. Astaga, tega ya. Tapi, benar normal kan, Kang? Hehehe. Bercanda.
Sejak itu, kesedihan pun terus melanda Tohir setiap waktu. Apalagi, tidak ada satu pun temannya yang tidak punya pasangan. Termasuk, kakaknya sudah melahirkan anak ketiga. Situasi dan kondisi itu pun sempat membuat keluarga heran. Apa yang salah dari Tohir? Padahal, menurut pandangan kedua orangtua, fisik Tohir terbilang normal, tidak terlalu mengecewakan. Tubuh tinggi dan atletis. Profesi juga lumayan, kendaraan motor sport, sudah punya rumah pula, meskipun masih cicilan.
“Itu penilaian orangtua saya yang tulus, termasuk teman-teman saya. Perasaan saya enggak jelek-jelek amat,” akunya. Berarti jelek dong Kang? Akang terlalu pilih-pilih kali?
Tohir tidak membantah bahwa dulunya terlalu pilih-pilih. Makanya, susah mencari pasangan. Selama menjadi pribadi orang lain, yakni lelaki selengean dan selalu coba-coba menembak perempuan, hampir semua target yang dibidik Tohir kebanyakan usia belasan. Oh pantas. Seperti orang kantor juga, itu anak-anak baru lulusan SMA yang langsung diterima bekerja. Begitu juga tetangganya yang ditaksir Tohir, masih berseragam SMA. Sudah tidak terhitung berapa gadis yang ditaksir Tohir, tapi tidak ada satu pun yang merespons.
“Pokoknya, asal tahu asal-usulnya saja, langsung saya pepet. Minta nomor teleponnya, sudah begitu kita ngobrol di telepon, nyambung sedikit pasti langsung saya tembak,” jelasnya. Oh begitu? Pantas saja ditolak. Kecepatan sih Kang. Harusnya alon-alon asal kelakon alias slow but sure.
Tohir tidak pernah melakukan pendekatan dulu, mengenal lebih jauh dulu, atau sekadar mengenal keluarganya, tapi main tembak saja. Ditambah lagi, Tohir selama ini memang belum pernah mencoba menyatakan niatnya yang serius kepada perempuan sebayanya.
“Ya, bagaimana lagi. Orang memang suka ABG. Segar saja lihatnya. Kalau saya jadikan istri, kan enggak cepat menopause, masih cangkeur (kencang-red),” ucapnya sambil mesem-mesem. Yaelah, mesum ah.
Singkat cerita, Tohir mulai mencari peruntungan menyatakan hasratnya pada wanita yang lebih mapan setelah mendapat nasihat dari rekannya. Benar saja, nasihat itu jitu. Perjuangan Tohir membuahkan hasil.
Dicomblangi temannya, pandangan pertama begitu menggoda. Keduanya langsung tertarik satu sama lain. Walaupun Tohir sadar jika wanita yang meresponsnya dan siap dijadikan istri itu, sebut saja Nani, usianya lebih tua, beda empat tahun. Parasnya juga, diakui Tohir tak sesuai ekspektasi.
“Menang di putih doang. Wajahnya juga lumayan manis untuk usia sebayanya,” terangnya. Sudah sih Kang, yang penting kan dapat istri, daripada jadi bujang lapuk.
Dengan berbagai pertimbangan yang matang dan cukup panjang, seminggu kemudian setelah melewati masa pendekatan, akhirnya Tohir resmi melamar janda anak satu itu. Meskipun Tohir mengaku selama masa pendekatan, perasaannya biasa saja terhadap Nani. Hanya saja, sosok Nani yang dewasa, baik, perhatian, serta menerima apa adanya, dan tidak neko-neko. Ini menjadi poin penting bagi Tohir.
“Ya, tua juga lumayan, ada kelebihannya. Cari istri itu sesuai nasihat orangtua. Jangan cari yang kita sayang, tapi yang sayang sama kita,” ucapnya sesuai petuah orangtua.
Sampai akhirnya Nani dipinang Tohir setahun silam untuk naik ke pelaminan. Usia rumah tangganya kini memasuki satu tahun dan sudah dikaruniai dua anak, satu anak tiri. “Ya, alhamdulillah, dijalani saja. Di dunia ini enggak ada yang sempurna. Kalau kita terus mencari yang terbaik, enggak ada ujungnya. Mudah-mudahan Nani-lah yang terbaik buat saya,” harapnya. Amin. (Nizar S/Radar Banten)