SERANG -Tingkat melek huruf Alquran di Banten rendah menjadi tantangan bagi pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Banten. Untuk itu LPTQ akan membuat terobosan program dan rekomendasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah daerah guna menyikapi persoalan itu.
Hal itu disampaikan Ketua Harian LPTQ Provinsi Banten Sybli Syarjaya usai seminar dan ekspos hasil survei melek huruf Alquran dan indikator iman takwa di aula Kanwil Kemenag Banten, Rabu (23/8).
“Apalagi hasil survei tersebut margin errornya sedikit sekali, sekitar 2 persen dan respondennya cukup banyak. Ada 1.500 responden dari 10 juta jiwa penduduk muslim di Banten. Respondennya melebihi survei pilkada Banten. Kami akan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang akan disampaikan kepada eksekutif, legislatif, dan ormas-ormas Islam,” ungkap Sybli.
Seperti diberitakan sebelumnya, LPTQ Provinsi Banten pada Ramadan lalu melakukan survei Angka Melek Huruf Alquran untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Banten mengenali huruf ALquran dan kemampuannya untuk membaca Kitab Suci umat Islam ini.
Untuk menjaga kualitas hasil survey dengan margin of error 2,5% dan populasi muslim sejumlah 10.891.952 jiwa, survei dilakukan terhadap 1.505 responden yang tersebar di 155 desa/kelurahan pada 50 kecamatan di delapan kabupaten dan kota se-Banten. Hasil survei dan analisa LPTQ, 87,6% responden bisa membaca Alquran, namun tingkat kemampuan yang dimiliki masih sangat memperihatinkan yakni pada tingkat sedang dan rendah sebanyak 76,72 %, dan masyarakat yang memiliki kemampuan lancar dan sangat lancar hanya sekitar 23,28
Mengenai peran LPTQ, kata Sybli, akan bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya, seperti melakukan pembinaan-pembinaan. Seperti pembinaan kepada para imam masjid dan guru ngaji. “Tahun ini kami punya dua angkatan. Pembinaan seperti dengan memberikan metodologi pengajaran yaitu bagaimana cara mengajarkan Alquran yang efektif kepada para santrinya,” ungkapnya.
Soal kebijakan anggaran, lanjut Sybli, itu tupoksinya legislatif dan eksekutif. Namun guru besar UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten ini menekankan kepada Pemerintah daerah agar memperhatikan kesejahteraan guru mengaji di daerahnya masing-masing sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca Alquran masyarakat.
“Seperti Kota Cilegon sudah bagus. Sudah menganggarkan di APBD. Hasil survei (melek huruf Alquran) di Cilegon juga paling bagus,” ungkapnya.
Wawan Wahyudin, pengurus LPTQ Banten, prihatin mengetahui hasil survei tadi. Tidak bisa membaca Alquran bukan karena buta mata, tapi buta hatinya tidak mau belajar dan membaca Alquran.
“Peduli terhadap pendidikan diniyah jangan hanya jargon politik saja. Sekarang bagaimana implementasinya,” ungkap dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Banten ini.
Ia juga menyarankan agar di sekolah-sekolah umum diajarkan mengaji kepada siswa yang beragama Islam. (AAS ARBI)