Lagi-lagi, ekonomi menjadi faktor penyebab keretakan rumah tangga Yeyen (47) dan Juki (49), keduanya nama samaran.
Sejak muda, Yeyen memang terkenal dengan sikapnya yang egois dan gaya bicaranya yang ketus. Jika ada hal yang ia tidak suka, ia akan mengatakannya langsung tanpa berpikir sopan atau tidak. Tak heran jika kedua orangtua pun tampaknya sudah tidak bisa lagi mengurus perempuan bermata sipit itu. Kalau sudah marah karena keinginannya tidak dituruti, wuah, bisa-bisa membuat ribut seisi rumah.
Terlahir dari keluarga miskin, membuat Yeyen semakin tidak bisa mengontrol emosi. Pergaulan semasa sekolah yang menciptakan banyak perubahan pada sikapnya, seolah menjadi awal bagi Yeyen untuk terus bermimpi menjadi orang kaya. Wajar saja, dulu Yeyen sempat tinggal di rumah bibinya yang megah. Sebenarnya ia hanya anak petani biasa.
Hingga ketika kelas XI SMA, Yeyen membuat masalah bersama teman-temannya. Ia sering bolos dan malah main ke mal dan tempat hiburan lainnya. Lantaran sikap Yeyen yang tak serius sekolah, absensi kelas bolong selama berbulan-bulan. Padahal, saat itu sudah mendekati masa ujian. Akhirnya karena kepalang malu kepada teman-teman, Yeyen malah memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya.
Padahal, waktu itu kedua orangtua banting tulang mencari biaya. Bukannya serius belajar, Yeyen menyia-nyiakan kesempatan yang tak semua anak di kampungnya bisa merasakan sekolah. Maklumlah, waktu itu bersekolah masih menjadi hal yang tak terlalu dipertimbangkan masyarakat di kampung Yeyen.
Apa mau dikata, sikapnya yang tak mau mengalah dan keras kepala membuat siapa pun yang membujuk tidak akan mampu mengajaknya untuk melanjutkan pendidikan. Ingin kaya kok malas sekolah sih, Teh?
“Ya, saya juga sekarang mah nyesel, dulu tuh kebawa-bawa teman. Susah sih, namanya juga masa remaja!” tukasnya.
Yeyen sebenarnya wanita cantik, memiliki paras ayu bawaan sang ibu asli kota kembang. Sementara, sang ayah warga Serang asli. Ya meski tidak terlalu putih seperti wanita Tionghoa pada umumnya, tapi penampilan Yeyen memang selalu terlihat menarik. Membuat lelaki tak bisa menahan hasrat untuk tidak mencintainya. Apalagi, dengan sikapnya yang jutek itu. Wah, pokoknya bikin penasaran.
Banyak lelaki yang coba mendekati. Namun, sikapnya yang acuh tak acuh membuat lelaki yang hanya punya cinta ala kadarnya pasti bakal berlalu begitu saja. Berbeda halnya dengan Juki. Ia yang memang sangat mencintai, melakukan segala cara agar dapat menarik perhatian sang pujaan hati. Apa pun akan ia lakukan untuk Yeyen.
Lagi-lagi, layaknya sikap Yeyen kepada semua lelaki yang mendekatinya, Juki tetap tidak mendapat respons positif dari sang wanita. Hebatnya, berkali-kali diabaikan, Juki tak kehilangan semangat. Bukannya menyerah, tak lama setelah bermata pencarian sebagai pedagang pakaian di pasar, ia nekat datang ke rumah Yeyen dengan membawa keluarga. Waw.
Singkat cerita, mungkin karena tersentuh akan kesungguhan Juki, Yeyen malah berbalik mencintai. Mungkin karena ketulusan hati yang berjuang mendapatkan cinta, kini justru Yeyen yang bagai cacing kepanasan di kala jauh dari Juki. Aih-aih, jangan-jangan kena pelet?
“Ah, enggak sih, Kang. Mungkin memang takdir Tuhan kalau saya berjodoh sama dia,” terang Yeyen.
Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk menjalani masa-masa kedekatan, lima bulan pacaran, mereka sudah memutuskan menuju ke jenjang pernikahan. Atas restu kedua orangtua, Juki dan Yeyen mengikat janji sehidup semati.
Di awal pernikahan, Yeyen dan Juki pasangan yang saling mengerti satu sama lain. Keduanya menjaga perasaan dan menciptakan suasana harmonis. Juki yang penyabar dan kalem membuat Yeyen ikut terbawa dalam setiap tutur katanya. Menjadi istri yang berbakti kepada suami, Yeyen melayani Juki setulus hati. Mulai dari menyiapkan sarapan, sampai bersedia memberi pijitan sayang sepulang bekerja, semua dilakukan atas dasar cinta.
“Waktu awal-awal sih ya begitu, Kang. Kan lagi sayang-sayangnya” curhat Yeyen.
Memiliki angan-angan yang tinggi dalam membangun rumah tangga, membuat Yeyen harus menelan pahitnya kenyataan. Menerima lamaran sang suami, Juki yang bermata pencarian sebagai pedagang pakaian di salah satu pasar di Kota Serang. Yeyen berharap meraih sukses dan menjadi istri pengusaha kaya. Apa mau dikata, ekonomi tak kunjung meningkat, yang ada justru semakin melarat.
Kecewa dengan keadaan, Yeyen merutuki diri dan memarahi suami. Sikapnya yang mudah iri dan dengki terhadap tetangga yang setiap bulan membeli barang elektronik membuatnya semakin panik. Bosan dengan alasan Juki yang tidak lagi berdaya mencari nafkah, Yeyen malah kabur dari rumah, ia pulang ke rumah orangtua.
Ditinggal pergi sang istri seorang diri, Juki terus memutar otak menghidupi keempat anaknya. Setelah semua kanangan terlewati, menjadi penambah motivasi Juki dalam mencari rezeki. Sikap Yeyen yang selalu kasar, hanya menyisakan perih di hati. Sang suami yang selalu sabar meski dimarahi setiap hari, tak bisa lagi menikmati seduhan kopi hangat istri di pagi hari.
“Ya, habis mau bagaimana lagi, namanya juga berumah tangga, masa enggak mau kaya?” kata Yeyen kepada Radar Banten.
Hingga beberapa tahun kemudian, Yeyen mulai menunjukkan sikap aslinya. Sering marah dan mudah emosi jika melihat tetangga membeli barang elektronik baru. Dengan sikapnya yang membuat kuping Juki panas mendengar ocehan sang istri, rumah tangga mereka mengalami keretakan. Berkali-kali dinasihati sang suami, Yeyen tetap memberontak. Puncaknya ketika ia kabur dari rumah.
Juki panik mencari-cari sang istri, padahal Yeyen ada di rumah orangtua. Entah karena pasrah atau memang tak tahu, bukannya sadar akan kekurangan, ia malah memanfaatkan keadaan. Aih, ini maksudnya apa, Teh?
“Sebenarnya saya enggak kuat ceritanya, tapi ya sudahlah, toh sudah lama ini kejadiannya. Dia sering godain cewek di pasar bahkan sempat ngajak nikah,” kata Yeyen. Waduh, kok bisa?
“Kalau kata orang sih, dia cari pelarian karena lagi ribut sama saya,” ungkap Yeyen.
Mendapat laporan dari saudara yang tak sengaja melihat kelakuan Juki, Yeyen lantas mengemasi barang dan bergegas pulang menemui sang suami.
Tak peduli nasihat sang ayah yang meminta pergi esok hari, Yeyen menerobos malam bersama tetangga yang juga berprofesi sebagai ojek. Tak kurang dari satu jam ia sudah berada di ambang pintu rumah, diketuknya dengan penuh emosi.
Juki yang penasaran lekas membuka, apalah daya, bukannya senang sang istri datang, ia malah kena omelan. Yeyen mengamuk sambil berlinang air mata. Ya ampun, sedih ya Teh?
“Sedihlah, Kang. Namanya cewek mah pasti sakit hati kalau lakinya genit ke yang lain, merasa enggak dihargai jadi istri,” tukas Yeyen.
Esoknya, ketika matahari bersinar cerah. Juki meminta maaf sambil berjanji untuk akan mengulangi lagi. Yeyen pun berjanji untuk tidak emosian lagi. Mereka pun kembali melanjutkan rumah tangga yang sederhana tapi bahagia.
Semoga terus langgeng ya, Teh! Amin.(daru-zetizen/zee/dwi/RBG)