JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2018 tumbuh melambat. Total ULN per Maret 2018 tercatat sebesar USD 358,7 miliar, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 184,7 miliar, sementara utang swasta tercatat sebesar USD 174,0 miliar.
Catatan BI, Utang Indonesia pada akhir Maret 2018 tersebut tumbuh sebesar 8,7 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 10,4 persen (yoy).
Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, perlambatan pertumbuhan ULN tersebut disebabkan oleh ULN sektor pemerintah dan sektor swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
“Hingga akhir triwulan I 2018, ULN pemerintah tercatat sebesar USD 181,1 miliar yang terdiri dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara), yang dimiliki oleh non-residen sebesar USD 124,8 miliar dan pinjaman kreditur asing sebesar USD 56,3 miliar dolar AS,” kata Agusman dalam keterangan tertulis, Selasa (15/5), yang dilansir JawaPos.com.
Menurutnya, ULN yang dilakukan tidak hanya untuk mendapatkan tingkat investasi dan infrastruktur. Namun juga dilakukan Untuk peningkatan pendanaan hijau yang lebih ramah lingkungan.
ULN Pemerintah pada akhir triwulan I 2018 meningkat USD 3,8 miliar dari triwulan sebelumnya. “Peningkatan tersebut terutama bersumber dari penerbitan Global Sukuk sebesar USD 3 miliar, yang di dalamnya termasuk dalam bentuk Green Bond atau Green Sukuk Framework senilai USD 1,25 miliar,” lanjut Agusman.
Sementara di sisi Surat Berharga Negara, investor asing masih mencatat net buy SBN pada triwulan I 2018. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari penerbitan Global Sukuk sebesar USD 3 miliar, yang di dalamnya termasuk dalam bentuk Green Bond atau Green Sukuk Framework senilai USD 1,25 miliar, sejalan dengan komitmen pendanaan hijau yang ramah lingkungan.
Perkembangan ini, lanjut Agusman, tidak terlepas dari kepercayaan investor asing atas SBN domestik yang masih tinggi. “Salah satunya ditopang peningkatan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat Rating and Investment (R&I) pada tanggal 7 Maret 2018,” ungkap Agusman.
Agusman menilai Perkembangan ULN total pada triwulan I 2018 tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Hal ini tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir triwulan I 2018 yang tercatat stabil di kisaran 34 persen.
“Apalagi struktur ULN Indonesia pada akhir triwulan I 2018 tetap didominasi ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,1 persen dari total ULN,” katanya.
Ditegaskan bahwa BI selalu berkoordinasi dengan Pemerintah dalam memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu. Langkah ini untuk mengoptimalkan peran ULN dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. (ipy/JPC/JPG)