Tak selamanya punya istri dua itu dilatarbelakangi niat birahi laki-laki. Kisah yang dialami Juki (54) nama samaran menjadi bukti, kalau menikah dua kali juga bisa karena demi kebaikan bersama. Terutama untuk kehidupan di masa tua. Penasaran dengan kisahnya? Simak cerita di bawah ini!
Juki bukanlah lelaki biasa. Wajah tampan dengan tubuh atletis, membuatnya mudah memikat hati wanita mana pun yang ia inginkan. Bukan hanya itu, terlahir dari keluarga berada, ayah pekerja dan ibu tenaga pengajar di sekolah ternama di kampungnya, Juki tumbuh menjadi lelaki berkarakter.
Apalagi, ia yang memilih sekolah jurusan mesin, sangat mencintai bidangnya dan menjadi yang terbaik. Tak ayal, Juki yang baru lulus sekolah langsung bekerja di perusahaan ternama. Sampai usia beranjak dewasa, karirnya semakin melejit dengan bekerja di salah satu perusahaan milik negara. Widih, banyak duit dong, Kang?
“Ya alhamdulillah, saya selalu diajarkan kerja keras sama orangtua. Jadi setiap melakukan apa pun enggak pernah setengah-setengah,” terang Juki kepada Radar Banten.
Muda, kaya, punya pekerjaan tetap, tentu Juki menjadi incaran gadis-gadis seusia. Sempat menjalin hubungan dengan beberapa perempuan, ia tampaknya belum juga menemukan kecocokan. Sampai suatu hari, bagai melihat bidadari, Juki menemukan wanita yang sesuai kriteria, sebut saja namanya Inem (51).
Inem sendiri termasuk wanita cantik dan cerdas. Tak hanya itu, hal yang membuat Juki jatuh cinta, Inem memiliki hati yang baik dan selalu mampu menenangkan Juki di saat situasi genting. Maklumlah, Juki tipe lelaki yang tak bisa tenang dalam menghadapi masalah.
Jadi, berdasarkan pengakuan Juki, ia dan Inem pasangan yang saling melengkapi. Kalau untuk urusan ekonomi, Inem memang tak seberuntung Juki. Terlahir dari keluarga miskin, ia menjalani masa muda yang penuh tantangan. Sempat berjualan pulsa dan makanan ringan di sekolah, Inem menjalani semua dengan tabah.
Hingga Juki merasa sudah saatnya mengakhiri masa lajang, ia meminta dinikahkan oleh orangtua. Datanglah Juki dan sang ayah ke rumah Inem. Bersilaturahmi sekaligus melangsungkan lamaran, mereka terikat janji pertunangan. Tapi, sepulang dari lamaran, Juki mengaku, sang ayah sempat ragu lantaran kondisi ekonomi keluarga Inem.
Meski begitu, pada akhirnya sang ayah tak bisa melawan kehendak anak lelakinya. Juki bertekad akan tetap menikahi Inem apa pun yang terjadi. Sampai akhirnya, pernikahan pun berlangsung meriah. Mengikat janji sehidup semati, Juki dan Inem resmi menjadi sepasang suami istri.
Di awal pernikahan, rumah tangga mereka diselimuti kebahagiaan. Bagaimana tidak, Juki yang memiliki penghasilan besar dan simpanan uang semasa muda, tak perlu pusing-pusing lagi memikirkan biaya. Langsung membeli rumah dan melengkapi kebutuhan hidup lain, mereka jadi kebanggaan keluarga.
Setahun usia pernikahan, Juki dan Inem dikaruniai anak pertama. Dengan kehadiran sang bayi laki-laki lucu, membuat kebahagiaan mereka berlipat ganda. Hubungan kedua keluarga pun terjalin harmonis. Sampai lima tahun usia pernikahan, lahirlah anak kedua.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan rumah tangga mereka berjalan layaknya pasangan muda lain. Inem melayani suami dan mengurus anak, Juki bekerja dan mengayomi keluarga. Sampai suatu ketika, kebahagiaan itu sirna. Saat senja datang, suasana rumah tampak lengang. Juki yang baru saja pulang bekerja, tak bisa menahan air mata saat melihat sang istri terkapar di kamar mandi. Astaga, kenapa Teh Inemnya, Kang?
“Saya waktu itu syok, Kang! Dia sakit mendadak, katanya sih penyakit sewaktu muda, jadi dia pernah jatuh atau kebentur gitu di kepala, tapi enggak diobati serius, nah dampaknya baru kerasa,” terang Juki.
Seminggu diobati tak kunjung sembuh, akhirnya Inem pun dirujuk ke rumah sakit terdekat. Dengan segala perawatan intensif, Inem menjalani operasi. Namun apalah daya, segala usaha dilakukan, kondisi sang istri tak kunjung membaik. Juki pun pasrah pada keadaan. Ya ampun, sabar ya Kang!
“Waktu itu saya enggak kuat lihat anak-anak menyaksikan kondisi ibunya kritis. Kalau saja bisa, saya rela penyakit itu pindah ke saya,” curhat Juki penuh haru.
Sekira lima bulan Inem di rumah sakit, kondisinya tak kunjung membaik. Juki dan keluarga pun sepakat membawanya pulang, Inem dirawat di rumah. Dengan pengobatan herbal dan semua ikhtiar dilakukan, Juki terus bersabar demi kesembuhan sang istri tercinta.
Sampai suatu ketika, sang paman dan ayahnya berinisiatif mengadakan musyawarah. Di hadapan kedua orangtua Inem, sang paman memberi saran agar Juki mencari istri lagi. Meski awalnya pihak keluarga sempat kaget dan tak terima, setelah dirundingkan, ayah Inem mengerti juga. Wih, ngeri amat, Kang!
“Ya jujur saya juga di hati mah enggak mau. Tapi katanya, ini demi masa tua nanti. Supaya saya dan anak-anak ada yang mengurusi!” ungkap Juki.
Butuh waktu bagi Juki untuk melakukan apa yang disarankan sang paman. Bagaimana pun juga, Inem tetap menjadi yang terbaik di hatinya. Ia tak ingin menyakiti saat sang istri butuh perhatian dan kasih sayang darinya. Sampai suatu malam, Juki tak bisa menolak ketika ayah dan pamannya memaksa pergi ke rumah seorang wanita. Ia dinikahkan malam itu juga.
Ajaibnya, tiga bulan setelah pernikahan itu, seolah merelakan pernikahan sang suami, Inem menghembuskan napas terakhir. Juki dan seluruh keluarga mengikhlaskan. Dan kini, Juki hidup bahagia dengan istri barunya. Ia memiliki empat anak yang mulai tumbuh dewasa.
Subhanallah, sabar ya Kang. Tetap doakan Teh Inem supaya bahagia di alam sana! Amin. (daru-zetizen/zee/ags)