Kisah rumah tangga Wati (38) sangat mengharukan. Lantaran sang suami, sebut saja Juned (39), tak bisa memberi nafkah besar sesuai kebutuhan, Wati pun membantu mencari rezeki dengan berjualan alat kecantikan. Namun, apa mau dikata, Wati malah tergoda dengan salah satu pelanggan. Rumah tangga pun berantakan. Waduh.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Pamarayan, Wati mengaku menyesal telah melakukan perbuatan yang membuat Juned murka. Namun begitu, Wakti mengaku tak mau terlalu lama larut dalam kesedihan. Terbukti, dengan sering berpakaian minim lengkap dengan bedak menornya, saat ini Wati terus berusaha mendapat cinta dari siapa saja lelaki yang mau menikahinya.
“Habisnya bosan juga hidup menjanda, Kang. Kangen tinggal serumah sama lelaki,” katanya.
Kalau dilihat dari bentuk tubuh, Wati memang dianugerahi badan yang sensasional. Lekukan pinggangnya bak gitar Spanyol. Dengan kulit sawo matang, Wati memang sosok wanita menggoda. Pokoknya, kalau dekat-dekat dengannya, dijamin akan betah berlama-lama.
Diceritakan Wati, hubungan asmara dengan Juned bermula saat keduanya masih duduk di bangku SMA. Mereka berkenalan di warung depan sekolah saat jam istirahat. Saling bertukar nomor telepon dan intens berkomunikasi, akhirnya, enam bulan kemudian mereka jadian. Saat itu keduanya masih sama-sama bau kencur. Belum mengerti arti cinta sesungguhnya, bahkan pacaran pun masih dalam tahap senang-senang saja.
Hingga lulus SMA, keduanya masih menjalin asmara. Saat Juned baru diterima bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik di dekat kampungnya, pada saat menerima gaji pertama, Juned langsung melamar Wati dengan uang lima juta rupiah dan cincin emas.
Meski terkesan memaksakan, acara lamaran malam itu tetap terlaksana. Setidaknya, ketakutan Juned akan kehilangan sang kekasih tercinta bisa teratasi karena sudah ada ikatan. Tak lama berselang, hanya dalam waktu sebulan mereka menuju jenjang pernikahan. Widih, mantap amat nih, Kang Juned.
“Ya soalnya waktu itu orangtua saya memang minta kita segera menikah. Ya alhamdulillah semuanya lancar,” kata Wati
Dengan pesta sederhana, hanya mengundang tetangga dan orang terdekat, hari bahagia itu menjadi hari bersejarah bagi Juned dan Wati. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri. Dengan usia yang sebenarnya terbilang muda, mereka siap membangun bahtera rumah tangga.
Di awal pernikahan, Juned menjadi suami yang baik dan perhatian, baik kepada istri maupun mertua. Setiap gajian, pasti membawa makanan. Biasalah, hitung-hitung cari perhatian dan beradaptasi dengan lingkungan. Perlakuan serupa tak jauh berbeda dilakukan Wati kepada keluarga suami.
Senang mengirimi makanan ke rumah mertua, Wati juga mencoba beradaptasi agar mendapat kesan baik di mata keluarga. Hasilnya, baik Juned maupun Wati sama-sama disayang mertua. Rumah tangga mereka berjalan sempurna, pokoknya, mereka hidup bahagia.
Memasuki tahun pertama, lahirlah bayi lelaki lucu kebanggaan pasangan muda itu. Hubungan dengan kedua keluarga pun semakin harmonis. Diceritakan Wati, saat awal-awal pernikahan dulu, sang suami sangat bernafsu melakukan kegiatan biologis.
“Pokoknya pagi, siang, malam nonstop, Kang,” ungkapnya. Widih, enggak capek itu, Teh?
“Ya lemas sih, Kang. Tapi kan karena enak, jadi ya dinikmati saja,” tegas Wati.
Hari demi hari terus berjalan. Rumah tangga mereka terus mengalami peningkatan. Namun lantaran godaan kehidupan, dengan penghasilan sebagai karyawan, Wati dan Juned tak bisa menahan hasrat untuk tidak membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
“Kang Juned kredit motor ninja, saya juga kredit motor matik. Terus beli kulkas dan ikut arisan,” terang Wati.
Apa mau dikata, keuangan pun menjadi tak terkendali. Meski awalnya mereka masih merasa aman, tetapi bulan-bulan selanjutnya, Juned dan Wati mulai merasa kekurangan. Penghasilan per bulan jelas tidak bisa menutupi semua pembayaran barang-barang yang mereka beli.
“Saya waktu itu kesal sama dia, seharusnya suami itu bisa kasih solusi, ini malah ikutan pusing dan ujung-ujungnya marah-marah mulu,” curhatnya.
Lantaran tak berdaya, akhirnya Wati pun turun tangan dalam mencari penghasilan. Atas ajakan teman, ia ikut sebuah grup bisnis berjualan kosmetik secara online. Tak disangka, meski penghasilan tak seberapa, setidaknya ia mampu membantu ekonomi rumah tangga.
Berjualan berbagai produk kecantikan sampai peralatan rumah tangga, dengan jejaring sosial dan grup bisnis di aplikasi WhatsApp, Wati menikmati proses berbisnis secara online. Namun, seolah dimanfaatkan sang suami, kerja keras Wati ke sana-sini mengantar produk jualannya justru tak membuat Juned berpikir. Ia malah asyik menikmati hari dengan sering keluar malam. Aih-aih, benar-benar keterlaluan tuh Kang Juned.
“Awalnya saya sih masih bisa mengerti, mungkin dia lagi cari pelarian karena stres memikirkan kerja. Tapi, lama-kelamaan malah jadi kebiasaan,” ungkap Wati.
Dan suatu hari, Wati mendapat pelanggan lelaki yang bisa membuatnya nyaman. Selain karena tak perhitungan soal pembayaran, sang pelanggannya itu juga sering curhat sampai larut malam. “Ya waktu itu saya cuma iseng-iseng curhat. Lagian Kang Junednya juga cuekin saya,” kata Wakti.
Tak disangka, hubungan bersama lelaki pelanggannya semakin lama semakin tak terkendali. Wati mulai berani jalan-jalan berdua dan memanggil dengan sebutan sayang. Parahnya, hal itu ia lakukan hampir setiap hari ketika Juned sibuk bekerja. “Ya kalau hari libur mah saya khususkan waktu buat suami,” ungkapnya.
Setahun lebih menjalin hubungan terlarang, Wati semakin tak bisa lepas dari sang lelaki selingkuhan. Sampai akhirnya, Wati mengaku, ia sempat pergi berdua ke luar kota ke tempat wisata. Katanya, waktu itu Wati berbohong kepada Juned, ia mengaku kalau kepergiannya untuk acara bersama rekan bisnis. Padahal pergi bersama selingkuhan. Oalah.
Hingga suatu hari, Wati dan sang selingkuhan kepergok salah satu teman Juned di jalan. Apa mau dikata, ‘perang dunia’ pun terjadi juga. Mengalami keributan maha dahsyat, rumah tangga mereka hancur berantakan. Juned pun mengajukan perceraian.
Setahun kemudian, Juned menikah dengan wanita rekan kerja, sedang Wati masih menjanda. Oalah, sabar ya Teh Wati, semoga lekas mendapat suami. (Haidaroh/Hilal/Ira)