SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Ulama menjadi salah satu faktor penting pada kontestrasi Pemilu 2024. Namun, ulama bukan faktor utama yang menentukan kemenangan khususnya di wilayah Provinsi Banten.
Hal itu dikatakan oleh Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Ahmad Sururi. Ia mengatakan, faktor utama di Pemilu 2024 adalah sosok dari figur Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) itu sendiri. Bukan pihak yang mendukungnya.
“Di Banten saya melihat faktor ulama memang sangat penting, tapi tidak jadi faktor utama. Karena walaupun ulama punya basis yang kuat di pesantren, tapi pemilih di Banten tetap melihat sosok figus capres-cawapresnya. Terlebih 40 persen suara di Banten itu adalah mereka yang dari generasi Z,” ujar Sururi kepada Radar Banten, Minggu 10 Desember 2023.
Sururi membahas perihal hasil Pemilu 2019 lalu, yang mana Joko Widodo (Jokowi) memilih Ma’ruf Amin sebagai Cawapresnya dengan tujuan untuk meraup suara ulama di Banten. Namun, strategi itu gagal dengan perolehan suara yang masih kalah dengan rivalnya yaitu Prabowo Subianto.
Menurutnya, pemilih di Banten yang berjumlah 8 juta lebih ini memilih capres-cawapres secara objektif yaitu dengan menilai figur calonnya. Terlebih, 40 persen dari total pemilih itu merupakan Generasi Z yang memiliki pemikirannya sendiri dalam memilih capres-cawapres.
“Di Pemilu 2019 lalu, Ma’ruf Amin pengaruhnya tidak cukup kuat karena basicnya hanya di pesantren saja. Sementara, Gen Z yang suaranya sebanyak 40 persen ini tidak semuanya ke ulama,” ucapnya.
Ia menyebut, kekuatan ulama di Banten hanya berkonsentrasi di dua daerah saja yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Sementara, di daerah Serang, Tangerang dan Cilegon tidak terlalu demikian.
“Berdasarkan survei yang saya lakukan secara pribadi, faktor figur mendominasi di lima daerah yakni Serang, Cilegon, Lebak, Pandeglang dan Tangerang. Sementara faktor ulama itu hanya di Lebak dan Pandeglang saja. Yang menarik, walaupun faktor ulama di dua daerah itu cukup besar, namun kita tau suara di sana itu kecil. Sehingga tidak bisa dijadikan faktor utama,” ungkapnya.
Selain figur, terdapat faktor lainnya yakni faktor track record. Pemilih khususnya Gen Z memilih paslonnya berdasarkan track record dari paslon itu sendiri. Mereka lebih objektif dalam menentukan pilihan di Pemilu 2024 ini.
Lebih jauhnya, Sururi berharap tokoh ulama tidak jadikan sebagai alat politik bahkan jadi polarisasi agama. Sebab, polarisasi sendiri akan dapat menimbulkan perpecahan seperti Pemilu sebelumnya.
“Harapannya kita semua bahwa tim kampanye harus bijaksana, tidak melakukan polarisasi agama dan menghindari seperti kejaidan 2019 lalu yang mana polarisasi hanya diarahkan ke salah satu agama. Hal itu tidak bagus untuk demokrasi kita. Jadi kita harap dimasa kampanye tim kemenangan bisa menghindari simbol-simbol keagamaan agar tidak membuat polarisasi yang bisa memecah masyarakat,” pungkasnya.
Reporter : Yusuf Permana