SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meminta kepada warga suku adat Baduy untuk menjaga tumbuh kembang para anaknya dengan memberikan nutrisi yang cukup. Hal itu dilakukan agar menghindari kondisi stunting atau kekurangan gizi.
Pesan itu disampaikan Al Muktabar sebagai Bapak Gede Masyarakat Baduy saat menerima ribuan warga Baduy pada acara Seba yang dilakukan di Gedung Negara Provinsi Banten Jl Brigjen KH Syam’un No.5 Kota Serang, Sabtu 18 Mei 2024 malam.
Pada acara itu hadir 1.500 Masyarakat Adat Baduy. Mereka mengikuti tradisi Seba yang rutin digelar setiap tahunnya. “Saya menitipkan anak-anak jangan sampai terkena stunting. Bila perlu dukungan, Pemerintah Provinsi Banten siap hadir,” katanya.
Al Muktabar juga berpesan agar para generasi muda dibina dan diberikan kesempatan untuk tampil ke depan.
Menurutnya, Seba sebagai bagian yang diyakini dalam tatanan kehidupan sehari-hari Masyarakat Adat Baduy. Masyarakat dari lima desa hadir melaksanakan Seba. Menjadi salah satu modal dasar pembangunan. “Menandakan terjadi harmoni yang baik di Masyarakat Adat Baduy,” ucapnya.
“Hasil-hasil Bumi yang disampaikan sebagai simbol kesejahteraan Masyarakat Adat Baduy,” tambah Al Muktabar.
Dirinya juga mengapresiasi Masyarakat Adat Baduy yang berhasil dalam merawat dan menjalin harmoni dengan alam dan masyarakat.
‘Apresiasi kepada Masyarakat Adat Baduy yang damai aman tenteram. Stabilitas terjaga dengan baik. Terima kasih atas kebersamaan kita dalam situasi aman dan damai,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Kanekes Saija yang merupakan Jaro Pemerintah Masyarakat Adat Baduy mengatakan, Seba ini diikuti 1500 Masyarakat Adat Baduy yang datang secara langsung dari Kampung Kanekes, Desa Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Ribuan warga Baduy itu datang ke Gedung Negara untuk menyampaikan pesan dari tetua adat mereka kepada perwakilan Pemerintah.
“Makanya sebagai titipan dari leluhur kita, supaya gunung tidak boleh dilebur, lebak tidak boleh dirusak, buyut tidak boleh dirubah oleh semua pihak, bukan hanya orang baduy saja tapi untuk semuanya,” ungkapnya.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten Tabrani mengatakan, Seba Baduy selalu meninggalkan kesan dan cerita berbeda.
“Pelaksanaan Seba Baduy tidak selalu sama karena Masyarakat Adat Baduy punya kalender sendiri. Juga menunggu petunjuk sesuai tatanan adat dari leluhurnya,” jelasnya.
Sebagai informasi, Seba Gede dan Seba Alit ditentukan sendiri oleh Masyarakat Adat Baduy yang ditandai dengan bawaannya. Pada Seba Gede, Masyarakat Adat Baduy membawa bawaan laksa, hasil bumi, dan peralatan dapur. Sedangkan pada Seba Alit, Masyarakat Adat Baduy tidak membawa peralatan dapur.
Editor: Abdul Rozak