PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID –
PT Globalindo Agro Lestari (GAL), salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar di Kabupaten Pandeglang sudah lebih satu pekan tidak dapat beroperasi karena ada kerusakan pada mesinnya.
Akibat tidak beroperasinya PT GAL yang terletak di Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang menyebabkan terjadinya antrian panjang kendaraan bermuatan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Kertajaya, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak dan PKS Cikasungka, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
PKS Kertajaya dan PKS Cikasungka merupakan PKS di bawah manajamen PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo.
Dengan tidak beoprasinya PKS PT GAL maka pihak manajemen PTPN IV PalmCo mengambil langkah cepat untuk bisa menyerap TBS buah sawit masyarakat di daerah Banten, Jawa Barat, dan sekitarnya.
Manajer Kebun PKS Kertajaya Ukhri Hatmoko mengatakan, sudah satu pekan pabrik kelapa sawit (PKS) milik swasta rusak.
“Sedangkan di Banten dan Jawa Barat itu jumlah PKS hanya ada tiga,” katanya kepada RADARBANTEN.CO.ID, Senin, 28 Oktober 2024.
Ukhri menjelaskan, dari tiga PKS itu sebanyak satu PKS milik swasta, yaitu PKS PT GAL yang berada di Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang. Kemudian dua PKS milik PTPN. “Yakni PKS Kertajaya dan Cikasungka,” katanya.
Lebih lanjut Ukhri mengatakan, dengan rusaknya PKS swasta, PTPN mengambil langkah cepat untuk menampung TBS dari petani. Setelah sebelumnya ada kesepakatan dengan petani yang difasilitasi Apkasindo setempat dalam hal penerimaan dan peningkatan pasokan TBS.
“kita sudah bersepakat untuk menaikkan volume penerimaan TBS petani, baik plasma maupun swadaya. Baik yang selama ini memasok ke kita atau hanya memasok ke Pabrik swasta saja,” katanya.
Penerikaan TBS kepala sawit ditingkatkan hariannya dari 250 ton menjadi 300 ton per hari.
“Walaupun sudah meningkatkan kapasitas penerimaan TBS masyarakat, namun dengan kapasitas PKS Kertajaya dan Cikasungka yang saat ini 1500 Ton perhari, permasalahan belum selesai,” katanya.
Antrian truk muatan TBS sawit masih sangat panjang. Per harinya bisa mencapai 150 truk.
“Adanya antrian itu maka petani harus membayarkan retribusi parkir. Dan kami turut membantu membayarkan retribusi yang diminta oleh pemerintah desa setempat,” katanya.
Sementara itu, Direktur Operasional PTPN IV PalmCo Rizal H Damanik mengungkapkan, kalau perusahaan akan berupaya maksimal membantu permasalahan penerimaan TBS masyarakat yang saat ini terganggu akibat rusaknya PKS wasta.
“Yang memang selama ini juga menampung sawit petani di Banten, utamanya di kawasan Pandeglang,” katanya.
Apabila berbicara sisi kapasitas olah produksi, PKS Kertajaya dan Cikasungka milik PTPN berturut-turut adalah 60 ton TBS per jam dan 30 ton TBS per jam.
“Kertajaya berlokasi di Banten dan Cikasungka beroperasi di Bogor Jawa Barat. Adapun satu Pabrik swasta lain hanya berkapasitas 30 ton TBS per jam dan beberapa kali mengalami kendala,” katanya.
Rizal menerangkan, sebetulnya dua pabrik PKS di Kertajaya dan Sobang itu sudah mampu menampung produksi TBS petani yang ada di Banten.
“Namun permasalahan kerap kali terjadi saat PKS swasta mengalami kerusakan. Oleh sebab itu pertama yang dilakukan adalah memastikan Pabrik Kertajaya selalu dalam kondisi optimal,”
Rizal mengatakan, dalam upaya mengurai antrian truk bermuatan TBS sawit petani, pihaknya besar kemungkinan akan mengirimkan ke luar Banten. Pengiriman TBS keluar Provinsi Banten bahkan dapat disebut pengorbanan oleh Perusahaan negara yang saat ini menjadi pengelola perkebunan sawit terluas di dunia.
“Sebab tidak hanya membutuhkan usaha lebih, dimana pengiriman sawit ke PKS terdekat mengharuskan PTPN menyeberangkan TBS produksi Kebun Kertajaya melewati selat sunda menuju PKS terdekat yang ada di Lampung. Pengiriman TBS tersebut tentu juga membutuhkan biaya yang nominalnya tidak kecil,” katanya.
Dalam satu hari pengiriman TBS ke PKS Bekri di Lampung, cost transportasi dan beban lainnya sangat signifikan. Bisa menyentuh lebih dari Rp 150 juta perhari.
“Untuk itu perusahaan sejak hari Minggu, 28 Oktober kemarin. Telah mengirimkan TBS Kebun Kertajaya ke Lampung dan akan mengatur pola pengiriman sedemikian rupa untuk menekan besarnya koreksi biaya yang ditimbulkan,” katanya.
Selain itu, upaya lainnya yaitu mencoba meningkatkan kapasitas produksi dua PKS menjadi 1800 ton per hari. Dimana hal itu menjadi solusi jangka pendek jika pabrik swasta sekitar bolak balik mengalami kendala.
“Kita tingkatkan kapasitas dengan perbaikan utilitas. Mudah-mudahan dalam dua pekan kedepan bisa naik ke 1800 ton sehingga dapat mengurai antrian kendaraan membawa TBS dan produksi maksimal,” katanya.
Editor: Abdul Rozak