TANGSEL, RADARBANTEN.CO.ID-Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) baru-baru ini kembali menetapkan Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum (Ketum) dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar Kamis, 13 Februari 2025, di Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Partai ini memang sangat identitik dengan sosok tunggal Prabowo Subianto. Namun, cikal bakal pendirian Partai Gerindra justru diprakarsai oleh Fadli Zon dan Hasyim Djojohadikusumo yang tak lain adalah adik kandung Prabowo sendiri.
Melansir website resmi Partai Gerindra, Gerindra.id, pada bulan November tahun 2007, Fadli Zon dan Hasyim bertemu di Bandara Soekarno-Hatta.
Fadli Zon saat itu merupakan intelektual muda, sementara Hasyim sudah dikenal luas sebagai pengusaha.
Kepada Fadli Zon, Hashim mengungkapkan keprihatinannya pada penegakan hukum di Indonesia. Dirinya diperkarakan ke pengadilan dituduh mencuri benda-benda purbakala dari Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah.
“Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu.
“Bila keadaan ini dibiarkan, negara hanya akan diperintah oleh para mafia,” ucap Hasyim.
Fadli Zon lalu mengutip quote dari seorang politisi Inggris abad 18, Edmund Burke, yang berkata kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.
Terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Hashim pun setuju bila ada sebuah partai baru agar negara bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja.
Gagasan pendirian partai kemudian diwacanakan di lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo. Ide tersebut tak langsung diterima orang-orang Prabowo.
Oleh kelompoknya, Prabowo diminta mengambil alih Golkar dan mencalonkan diri menjadi ketua umum, kebetulan Prabowo anggota Dewan Penasehat Golkar. Upaya ini jauh lebih praktis ketimbang membangun partai baru.
Namun, ketika itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah Wakil Presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata Fadli.
Setelah perdebatan cukup panjang, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat.
Untuk mematangkan konsep partai, pada Desember 2007, di sebuah rumah, yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpulah sejumlah nama.
Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, Haris Bobihoe, Sufmi Dasco Ahmad, Muchdi Pr, Widjono Hardjanto, dan Prof Suhardi. Orang-orang ini dikemudian hari menjadi petinggi Partai Gerindra.
Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk.
Pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto.
Gerindra kemudian dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008.
Kini Partai Gerindra menjadi salah satu partai besar di Indonesia.
Editor: Aas Arbi