PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Di tengah kesibukan bulan Ramadan, warga Kampung Mogana, Desa Mogana, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, dengan kompak menjalankan tradisi Qunutan yang sudah diwariskan turun-temurun. Tradisi ini dilakukan tepat pada malam ke-15 Ramadan dan menjadi momen penuh kebersamaan serta ungkapan rasa syukur atas setengah perjalanan puasa.
Sejak pagi, warga Kampung Mogana sibuk mempersiapkan bahan untuk membuat ketupat dan leupeut. Mereka menganyam daun kelapa muda untuk dijadikan bungkus ketupat, lalu mengisinya dengan beras, dan merebusnya selama tiga hingga empat jam di atas tungku api besar.
“Setiap tahun, kami selalu membuat ketupat dan leupeut saat Qunutan. Ini sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi,” ujar Iip Supriati, salah satu warga, pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Saat ketupat dan leupeut sudah matang, suasana di kampung semakin terasa hangat dengan kebersamaan. Warga kemudian membawa ketupat dan leupeut ke masjid setelah salat maghrib untuk didoakan bersama setelah salat tarawih. Setelah itu, makanan tersebut dibagikan kepada warga sebagai simbol syukur dan kebersamaan.
Bukan hanya soal ketupat dan leupeut, tradisi Qunutan ini juga menjadi cara warga untuk mempererat tali persaudaraan. “Tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya lokal tetap hidup di tengah modernisasi, mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang diwariskan kepada generasi berikutnya,” tambah Iip.
Bagi masyarakat Kampung Mogana, tradisi Qunutan tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga bagian penting dari kehidupan sosial dan spiritual mereka. Masyarakat percaya, menjaga tradisi ini akan membawa berkah dan memperkuat hubungan antarwarga.
Editor : Merwanda