SERANG,RADARBANTEN.CO.ID,- Dunia kepenyairan dan literasi memang tidak jauh dari buku. Tempat di mana gagasan, ide, dan juga terpatri dalam tulisan dan terdokumentasi dalam bentuk buku. Ide dan gagasan itu menjadi ‘abadi’ karena bisa dibaca dari generasi ke generasi.
Setidaknya itu yang dirasakan oleh Penyair asal Serang, Toto ST Radik. Diceritakannya, perkenalan dengan buku bisa diurut waktunya semenjak dirinya kecil. Toto kecil, ceritanya, sudah pandai berhitung, menuliskan angka-angka di medium yang bisa ditemuinya. “Semisal di kertas, lantai semen, tanah di halaman rumah, dan tembok rumah juga. Sensasinya seperti sedangn show,” ceritanya ke radarbanten.co.id melalui sambungan telepon.
Lalu kemudian, Toto menemukan bahan bacaan yang membuatnya harus duduk diam atau berbaring santai. Namun, katanya, dia merasakan ada yang bergerak tetapi bukan tubuh. Toto menyebutkan saat membaca, ada pergerakan di dalam dirinya, yaitu perasaan, pikiran, dan gagasan.
“Semakin hari, semakin beragam buku yang dibaca. Yang luar biasa tentu Sastra, entah itu puisi, cerita, drama,” katanya. Sastra, kata Toto, mengajaknya dan mengantar sesuatu dalam dirinya untuk mengembara, bahkan ketika dirinya tidak bersetuju dengannya. Buku, terutama karya sastra, disebut Toto, sebagai sesuatu yang membebaskan.
Toto pun menularkan kebiasaannya membaca buku kepada lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Di rumah, kata Toto, dirinya membuat perpustakaan keluarga. Satu ruang khusus didedikasikan untuk itu, di mana kedua putrinya membaca di situ. Walau pun, lanjut Toto, di kamar masing-masing juga punya rak buku sendiri.
“Kadang saya sering tanya kedua putri saya, baca buku apa? tentang apa? coba ceritakan intinya. Jadi diajak berdialog. Nah, kalau pergi ke luar rumah, kami sempatkan ke toko buku. Jajan buku,” katanya.
Berbicara mengenai Peringatan Hari Buku Nasional yang jatuh setiap tanggal 17 Mei, Toto melihat sejauh ini masih terasa seremonial. Toto menyebut hari itu ditandai dengan publik figur formal maupun informal berpose memegang buku, divideokan dan mengajak membaca buku.
“Tahun depannya begitu lagi. Tapi setahun di dalamnya kita tidak tahu dia membaca buku atau tidak. Kata Gen Z mah : Konten adalah kunci,” ujarnya sambil tertawa.
Toto berharap peringatan hari buku nasional maupun dunia, adalah semangat untuk menjadikan membaca buku sebagai kebiasaan, buka seremoni. “Pemerintah tentu melanjutkannya dengan segala kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses buku, baik cetak maupun digital,” katanya.
Editor: Bayu Mulyana