SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Pertumbuhan ekonomi di Banten menggembirakan. Namun, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten mengingatkan Pemprov Banten termasuk pemerintah kabupaten/kota di Banten terkait ketimpangan antara Banten bagian selatan dan utara.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten, Ameriza M Moesa mengatakan, perkembangan ekonomi Banten mencatatkan kinerja yang menggembirakan.
“Sepanjang tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Banten terus mencatatkan peningkatan,” ujar Ameriza saat Forum Ekonomi Banten 2025 yang diselenggarakan di Aston Serang Hotel, Selasa, 9 Desember 2025.
Ameriza mengatakan, pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan III 2025 tercatat sebesar 5,29 persen (YoY). Angka itu lebih tinggi dari capaian nasional sebesar 5,04 persen (YoY).
“Capaian ini juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi Banten yang berdaya tahan hingga mampu lebih tinggi dari capaian pertumbuhan regional Jawa yang tercatat sebesar 5,17 persen (YoY),” terangnya.
Dengan capaian ini, ia mengungkapkan, Banten masih menjadi salah satu provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa. Banten juga berkontribusi 6,93 persen terhadap perekonomian Jawa dan 3,87 persen terhadap nasional.
Kata dia, berdasarkan letak geografisnya, pembentuk perekonomian Banten sebagian besar berasal dari banten daerah utara yaitu Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Serang yang sebesar 91,5 persen.
“Yang memiliki kawasan industri padat modal, serta kawasan perdagangan dan perumahan,” ujar Ameriza.
Sementara, lanjutnya, kawasan Banten Selatan yakni Kabupaten Lebak dan Pandeglang hanya menyumbang kontribusi kepada pembentukan perekonomian Provinsi Banten sebesar 8,5 persen.
“Dari sisi investasi sebagai komponen penting dalam perekonomian, disparitas Banten Utara dengan Banten Selatan juga cukup tinggi,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pada Januari sampai September 2025 nilai investasi total di Banten mencapai Rp91,6 triliun yang terutama dikontribusi dari Banten Utara pangsa 98,1 persen dan Banten Selatan dengan pangsa 1,9 persen dari total investasi (PMA dan PMDN) di Banten.
Meski kaya akan potensi dan sumber daya, wilayah Banten Selatan masih menghadapi tantangan struktural, yang antara lain keterbatasan ketersediaan infrastruktur (aksesibilitas, konektivitas, utilitas dan fasilitas publik), sosial budaya (masih relatif tingginya angka pengangguran), geografi (Banten Selatan memiliki indeks kerawanan bencana yang cukup tinggi), dan kelembagaan (belum optimalnya kerjasama pemerintah dan badan usaha).
Pada kesempatan itu, hadir juga Direktur Kemitraan dan Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur Bappenas RI Taufik Hidayat Putra, Kepala OJK Provinsi Banten Adi Dharma, Asda II Provinsi Banten Budi Santoso, Guru Besar Prodi Pembangunan Ekonomi Kewilayahan UGM Mudrajad Kuncoro, serta Plt Kepala BPS Provinsi Banten Ridwan Hidayat dan tamu undangan lainnya.
Reporter : Rostinah
Editor: Agung S Pambudi











