Fasilitas ruang terbuka hijau di Ibukota Banten kurang terawat. Kondisinya yang kurang penerangan kerap disalahgunakan kawula muda untuk mabok-mabokan sampai bercumbu kasih alias pacaran.
KEN SUPRIYONO – Serang
Pecahan botol kaca berserakan di area Taman Tugu Jam Penancangan. Pada tutup kuning yang masih menempel di ujung botol, tertulis dan bergambar cap orang tua. Serpihan pecahan botol lain, masih tampak stiker bergambar jangkar.
Penunjuk waktu pada tugu di Jalan Jenderal Sudirman, Sumurpecung pun tak lagi berfungsi. Cat berkelir krem sudah memudar. Coretan ‘JAK, 198’ pilok warna oranye justru yang menyolok mata. Tulisan itu lebih mentereng dari logo Pemerintah Kota Serang yang tulisan Kota Serang Madani-nya mulai samar-samar.
Puntung-puntung rokok juga banyak berserakan. Padahal, plang bernada imbauan berdiri tegak di area taman. “Aku Malu, Tamanku Kotor dan Rusak”. Namun, tulisan pada plang berwarna hijau itu, serasa kontras dengan sampah-sampah yang berserakan.
Taman masih banyak digunakan orang untuk duduk santai di kursi-kursi buatan dari bata semen. Lagi-lagi, catnya memudar dan mengesankan tak bersih.
Padahal, saat Radar Banten ke lokasi pada Selasa (30/7), kursi-kursi itu banyak dimanfaatkan orang duduk santai. Tidak hanya kawula muda, seorang lelaki dengan anak kecil juga terlihat bersantai di bangku taman menikmati waktu senja.
Penerangan yang kurang membuat taman tugu jam gelap. Kondisi itu kerap kali dijadikan lokasi nongkrong kawula muda hingga larut malam. “Lihat saja, itu kan banyak botol miras. Apalagi malam minggu, bisa sampai pagi,” kata warga yang mengaku bernama Abdul Rosyid.
Bukan saja dugaan taman tugu jam dipakai untuk mabuk-mabukan, kondisi yang gelap kerap dimanfaatkan pasangan muda-muda memadu kasih alias pacaran. “Yang suka mojok pacaran mah ada saja. Habis kondisi gelap gitu enggak ada lampu,” cetus Rosyid bernada kesal.
Kondisi serupa terjadi di taman Alun-alun Timur. Taman di jantung Ibukota Banten ini jauh dari kata layak. Meski sudah berdiri taman digital yang menyajikan wifi gratis, fasilitas yang ada masih dinilai jauh dari layak. Padahal, saban sore banyak warga yang memanfaatkan sebagai sarana olahraga dan tempat bersantai. “Kita mah inginnya fasilitas olahraga yang ada dilengkapi,” kata Abu Hanifah kepada Radar Banten saat olahraga sore, kemarin.
Kondisi yang kumuh juga dikeluhkan warga Kota Serang yang berusia 30 tahun ini. Apalagi, kondisi malam yang gelap disebutnya banyak disalahgunakan. “Di sini kan gelap kalau bisa pengawasnya (Satpol PP yang jaga) keliling. Soalnya suka ada mojok pacaran,” cetusnya
“Kan malu Mas, bilangnya Kota Madani, tapi alun-alunnya jadi tempat pacaran. Mana tamannya kurang terawat dan kotor begini,” sambung Abu Hanifah kesal.
Kekesalan Hanifah berasalan. Bukan hanya soal penerangan yang kurang dan membuat suasana gelap, fasilitas taman yang rusak belum dilakukan perbaikan. Warga yang dulunya masih bisa menyaksikan air mancur, kini hanya melihat bangunan kolam tanpa air.
Kolam dengan keramik biru laut itu tampak seperti bak sampah raksasa. Tak sedikit orang yang memilih membuang sampah di kolam, daripada di tempat sampah yang disediakan. “Emang semuanya kembali ke diri kita, tapi mestinya ada tindakan apa dari pemerintah biar ini terawat,” saran Hanifah.
Ruang terbuka hijau yang tak terawatt juga tampak dari kondisi Tamansari. Bekas taman Ratu Wilhelmina pada zaman Hindia Belanda ini malah tidak jelas statusnya. Pada Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kota Serang, Tamansari semestinya menjadi ruang terbuka hijau. Tapi, banyaknya pedagang, Tamansari justru terlihat layaknya pasar. Penerangan yang kurang saat malam hari, tidak luput dari keluhan warga yang bernada minor. Apalagi, sekira jam sepuluh malam hingga dini hari, banyak lelaki bergincu atau waria memangkal di lokasi tersebut. “Coba saja jam sepuluh apa sebelas malam datang ke situ (Tamansari-red) pasti banyak,” kata warga Cimuncang, Tomi Setiawan belum lama ini.
Dalam satu kesempatan wawancara dengan awak media, Plt Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Serang Tb Yassin membenarkannya. Tamansari kerap dijadikan sebagai tempat memangkal waria.
Pihaknya mengaku akan segera melakukan tindakan razia. “Soal lelaki bergincu (waria-red). kita akan sisir dan kita tertibkan secepatnya dengan sistem patroli,” kata Yassin.
Penyisiran dilakukan dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat (Pekat). “Sama waria juga akan kita tertibkan karena sudah meresahkan masyarakat,” cetusnya.
Informasi yang dihimpun Radar Banten, taman yang tak terawat dan diduga dijadikan lokasi mesum juga terjadi di hutan kota di Kampung Sewor, Kelurahan Banjarsari, Cipocokjaya. Padahal, mulanya hutan kota digadang-gadang sebagai destinasi wisata unggulan di kota bertajuk Madani.
Taman Debus yang jaraknya sekira satu kilometer dari Pusat Pemerintahan Kota Serang juga terlihat tak terawat. Hanya saja, penerangan baik dan ramainya kawasan tersebut tak terdengar cerita-cerita maksiat. Taman hanya tampak kotor dengan sampah-sampah dedaunan dari pohon di area taman yang jarang dikunjungi orang. (*)