Di era serbadigital ini, banyak media sosial dimanfaatkan tidak hanya untuk eksis di dunia maya, tapi juga untuk mencari pujaan hati. Olala. Banyaknya pengguna media sosial yang juga bermaksud mencari pasangan, menjadi alasan munculnya beragam aplikasi chatting yang bertujuan mencari pasangan. Sebut saja seperti Bee Talk, We Chat, dan Kakaotalk yang pernah booming di kalangan pengguna media sosial beberapa waktu lalu. Alasan menggunakannya pun beragam, ada yang benar-benar mencari pasangan ada juga hanya iseng.
Eiits, tapi kalian tahu nggak sih alasan aplikasi chatting ini bisa booming? Karena keduanya merupakan aplikasi yang bergantung pada GPS sehingga penggunannya dapat dengan mudah mencari teman yang berjarak 100 meter sampai satu kilometer di tempat mereka berada, dengan fitur people nearby. Ala-ala lagi hunting Pokemon gitu Sob. Nah enaknya lagi, kita juga bisa secara khusus mencari teman berdasarkan jenis kelamin yang dipilih. Wah, jadi para penggunannya bisa langsung memilih lawan jenis yang memikat hati. Ops!
Meski memiliki keunggulan dan memudahkan para jomblowers mencari pasangan, aplikasi chatting ini nggak membuat Fitrotunnisa, siswi SMK Kesehatan Husada Pratama, Kota Serang, tertarik menggunakannya. Alasannya, takut mendapatkan cowok yang tidak sesuai. “Lebih baik sih mencari langsung di dunia nyata. Jadi kita lebih tahu langsung penampilannya, karakternya dan kebiasaan orangnya. Kalau lewat aplikasi kan kita belum tahu sebenarnya, bisa jadi bikin woory banget,” kata Gen Z kelas X yang memiliki hobi hunting view menarik ini.
Komentar yang sama juga diungkap Nafisa Zahrotud Diniyah. Gen Z yang hobi main bola basket ini bilang, mencari pasangan lewat aplikasi takut tidak sesuai dengan yang diharapkan. “Kan namanya juga dunia maya, semuanya bisa jadi nggak sesuai walaupun sebagian ada yang jujur. Tapi mencari pasangan langsung di dunia nyata lebih baik karena kita bisa memilih lebih jelas, sesuai kriteria,” beber siswi SMK Kesehatan Husada Pratama ini.
Maraknya digital love nggak cuma menghadirkan We Chat dan Bee Talk yang memang khusus untuk mencari pasangan. Aplikasi chatting lain seperti BBM, Line, Facebook, dan Whatsapp juga jadi alternatif cari cemewew yang banyak dipilih sebagaian jomblowers. Selain bisa personal, kita juga bisa minta saran ke teman atau kerabat yang juga sama-sama aktif di media sosial. Tidak hanya berkomunikasi dan terkoneksi dengan teman, tapi juga mencari doi dan terkoneksi dengan hati.
Wah, pasti kalian juga pernah kan pakai salah satu aplikasi chatting buat kabar-kabar sama doi bahkan menyudahi status jomblo karena terpikat sama pasangan via media sosial dan akhirnya jadian. Hayo ngaku?
When Love Goes Online
KALAU pepatah bilang, ’’Ilmu itu harus dikejar sampai ke negeri Tiongkok,’’ kayaknya tim Zetizen mau bilang bahwa cinta itu harus dikejar meski sampai ke internet. Sebab, tiga di antara lima Zetizen pernah mencoba menjalin romantic relationship dengan orang yang dikenal dari internet loh! Tapi, as every love story goes, pasti ada yang gagal dan berhasil.
Chisty Chandra, mahasiswi Universitas Widya Mandala Surabaya bilang, awalnya agak underestimate sama orang-orang yang memakai love machine kayak Tinder atau Bigo. “Tapi, siapa sangka, setelah putus dari pacarku yang sebelumnya, aku justru sukses dapat pacar baru dari Tinder loh! Ceritanya, waktu itu teman-temanku sengaja memaksaku download Tinder. Meski awalnya malas-malasan, ternyata aku malah match sama seorang cowok yang menarik. Sebab, meski sempat aku balas sinis, ternyata cowok itu bisa bikin obrolan tetap seru. And guess what, ternyata kami punya mutual friends yang lumayan banyak. Dari situ kami akhirnya mulai ketemuan dan makin dekat. Nggak lama, kami pun jadian. Aku sadar bahwa aplikasi dating dan semacamnya itu nggak selalu buruk. Selama kita bisa jaga diri dan tahu memanfaatkannya, aplikasi tersebut malah bisa membantu banget loh!’’
Tiha Muhiyi, SMA Budhi Warman 1 Jakarta, berpendapat, PDKT dan pacaran dengan kenalan dari medsos itu mungkin banget kok dilakukan. “Buktinya, aku sukses menjalin hubungan sama cewek yang aku kenal cuma dari iseng-iseng sharing kontak di BBM. Waktu itu aku emang sengaja ikut nyantumin PIN-ku di broadcast message. Tiba-tiba, ada yang nge-add kontakku. Dari fotonya, aku langsung tertarik. Setelah kami berkenalan, ternyata dia masih kelas IX. Waktu itu aku duduk di kelas XII. Singkat cerita, aku sering membantu dia belajar. Setelah udah cukup dekat, aku beraniin diri buat nembak. Akhirnya, kami jadian. Jadi, menurutku, selama kita mau berusaha mengenal orang itu, bukan nggak mungkin kok hubungan bisa sukses.’’ (wivy-zetizen/cr14/zee)