MAIL (32), bukan nama sebenarnya, mengaku tak bisa berkutik di hadapan istrinya yang usianya jauh lebih muda, sebut saja Nani (25). Jangankan berselingkuh, melirik perempuan saja di jalan bisa fatal akibatnya.
Ya, hal itu dipicu Nani yang punya banyak warisan dari orangtuanya. Lain dengan Mail yang hanya mengandalkan gaji bulanan untuk menafkahi Nani dan anaknya. Itu juga hanya cukup buat makan sehari-hari, selebihnya ditanggung Nani. Termasuk, rumah yang ditinggali mereka merupakan bangunan hasil warisan Nani. Lantaran itu, Mail merasa posisi Nani sekarang berada di atas angin di dalam rumah tangga.
“Ya, stres sih enggak. Cuma enggak bebas saja. Kalau saya punya salah, istri dikit-dikit mengancam, capek deh,” keluhnya. mengancam kok dikit-dikit Kang?
Situasi itu, tentu membuat Mail kebingungan. Hidup serasa dipenjara karena kebanyakan aturan dari istri di rumah. Berbeda saat masih pacaran dan awal-awal pernikahan. Perilaku Nani tidak seprotektif sekarang. Justru, sang istri yang dikatakan Mail memiliki tubuh sedikit sintal itu, lebih penurut. Soalnya, Nani yang suka duluan hingga ‘nembak’ Mail, dor.
Awalnya, Mail tidak begitu mengenal Nani. Bahkan, ia mengaku tidak pernah tahu jika istrinya itu berasal dari kalangan keluarga cukup berada. “Saya dikenalkan ibu saya. Katanya, mau enggak dijodohkan, bilangnya anaknya cantik, bungsu lagi. Ya, saya coba-coba saja,” ujarnya. Buat istri kok coba-coba?
Diketahui, jika ibunya Nani adalah teman arisannya ibunya Mail. Suatu hari, mereka masing-masing diminta mengantar para ibunya arisan. Di sanalah, mereka dipertemukan dan dikenalkan orangtua masing-masing.
Benar saja, pandangan pertama begitu menggoda. Nani sendiri pertama ketemu langsung kepincut dengan Mail yang memang memiliki wajah rupawan dan bertubuh atletis. Sebaliknya, Mail tergoda dengan wajah manis Nani dan bodi montoknya. “Tok tok pokoknya,” celotehnya. “Anaknya juga manis, makanya saya mau saja dijodohkan,” tambahnya.
Singkat cerita, setelah dua bulan berkenalan, Nani terang-terangan mulai suka dengan Mail. Tak lama setelah menjalin hubungan, mereka langsung merencanakan acara pernikahan. Mail setuju setelah menyadari kalau Nani bukan orang biasa. Nani anak bungsu dari tiga bersaudara dan kedua orangtuanya pengusaha.
Mail pikir, kalau menikahi Nani, hidupnya punya masa depan. Dengan begitu, Mail merasa tidak akan kesusahan dan bebas mengatur keuangan sendiri dari pendapatannya.
“Ya kan orangtuanya pengusaha, pasti kan maunya kerja setelah jadi istri. Kita sama-sama punya pendapatan. Jadi, bisa atur keuangan sendiri-sendiri,” terangnya. Widih.
Prediksi Mail ternyata salah. Setelah berumah tangga, justru sebaliknya. Awal-awal sih iya, Nani menuruti apa kata suami. Terlebih, profesi Mail saat itu cukup menjanjikan. Yakni, menjadi marketing di salah satu perusahaan perbankan. Nani sendiri selama berumah tangga terus mendapat suplai dana dari orangtuanya.
Kondisi itu, membuat rumah tangga mereka lumayan sejahtera. Namun, apa yang diwacanakan Mail berubah ketika Nani mendapatkan jatah warisan dari orangtuanya. Awalnya, Mail senang mendengar kabar Nani mau mendapat warisan. Dengan begitu, Mail dan Nani bisa membangun rumah dalam waktu yang singkat dan pindah dari kontrakan. Tidak perlu lagi menabung lama-lama mengandalkan gajinya.
“Ya, senang lah dengar istri dapat warisan. Apalagi, duitnya cukup buat beli rumah sama motor bagus, enggak usah mobil dulu, ketinggian,” katanya.
Setelah warisan diterima, langsung digunakan untuk membangun rumah minimalis. Sisanya dibelikan motor matik dan ditabung. Jadi, mereka punya motor dua. Dari situ, situasi rumah tangga Mail dan Nani mulai berubah drastis. Apalagi saat itu bertepatan nasib sial Mail. Ia dipecat dari pekerjaannya karena tidak pernah mencapai target yang diharapkan perusahaan.
“Saya sempat menganggur satu bulan. Lalu, melamar kerja lagi dan diterima jadi marketing di showroom motor. Cuma, gajinya pas-pasan. Makanya, Nani suka manyun setiap awal bulan, enggak cukup buat belanja bulanan,” terangnya.
Sejak itu, Nani mulai mengatur Mail. Tadinya, Mail yang genit sama perempuan sering dibiarkan dan dianggap wajar, sekarang Nani mulai berani mengancam Mail. Kalau Mail berbuat kesalahan atau sekadar menengok perempuan di jalan, Nani pasti marah dan mengancam talak serta bakal mengusir Mail dari rumah.
Mendengar ancaman itu, tentu Mail tak bisa berkutik lagi seperti dulu. Apalagi, pendapatannya kerja di showroom tak seberapa. Tak sebanding dengan pendapatan Nani dari hasil membantu salah satu usaha orangtuanya, yakni menjual berbagai jenis pakaian secara online.
“Pendapatan saya kecil. Paling sejuta sebulan. Kecuali, bisa jual beberapa motor, baru agak lumayan. Kalau pendapatan istri bisa beberapa kali lipat penghasilan saya, belum warisannya. Makanya, saya banyak mengalah,” ungkapnya.
Makanya, Mail tidak bisa berontak dan hanya bisa menuruti apa kata istri. Pulang kerja saja, Mail tidak boleh telat. Telat sedikit, pasti sudah Nani maki-maki. Nengok sekali saja sama perempuan, Nani bisa uring-uringan. Melihat tingkat Nani itu, Mail hanya bisa terdiam. Jadi serba salah, Mail beralasan kuat pun tidak pernah dibenarkan Nani.
“Sekarang berbohong salah, jujur juga malah tambah salah. Mana tahan, hidup di bawah bayang-bayang ancaman,” keluhnya.
Namun, meski tak tahan, Mail masih ingin mempertahankan rumah tangganya. Khawatir, retaknya rumah tangga bisa mengorbankan anak semata wayangnya. “Sekarang mah, mau pahit, mau asam, saya telan,” tutur Mail. “Sambil cari-cari lagi kerjaan yang lebih baiklah. Siapa tahu, dengan pekerjaan yang lebih baik, situasi bisa kembali berubah dan istri bisa lebih menghormati suami,” harapnya. Amin. (Nizar S/Radar Banten)